TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memprediksi tekanan inflasi ke depan bakal berasal dari tiga sumber.
Pertama, gejolak nilai pangan lantaran permintaan nan meningkat selama Idulfitri. Kedua, bentrok Iran-Israel nan berkepanjangan berpotensi menimbulkan ekspektasi peningkatan nilai minyak nan pada akhirnya dapat memberikan tekanan pada komoditas dunia lainnya.
Ketiga, pelemahan rupiah, nan dapat berkontribusi pada inflasi impor. Hal ini lantaran mata duit nan melemah condong membikin peralatan impor menjadi lebih mahal di dalam negeri.
"Faktor-faktor ini secara kolektif menyoroti sifat multifaset dari tekanan inflasi, nan memerlukan pemantauan nan jeli dan respons kebijakan nan tepat," tulis LPEM FEB UI dalam laporannya berjudul Indonesia Economic Outlook Triwulan II pada Jumat, 3 Mei 2024.
LPEM FEB UI berharap, Bank Indonesia mengambil langkah-langkah untuk menjaga stabilitas rupiah. Seperti dengan menyeimbangkan pasokan dan permintaan di pasar kurs asing melalui triple intervention.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi umum RI pada nomor 3,05 persen secara tahunan alias year-on-year (yoy) per Maret 2024. Angkanya naik dari inflasi Februari nan tercatat 2,75 persen yoy. Meskipun menyentuh level tertinggi selama tujuh bulan terakhir, namun inflasi umum tetap berada dalam sasaran BI ialah kisaran 1,5 hingga 3, 5 persen.
Peningkatan inflasi umum dipicu oleh kenaikan nilai komoditas pangan akibat musim panen nan tertunda lantaran El-Nino. Selain itu, permintaan juga meningkat selama periode Ramadan. LPEM FEB UI menyatakan, perihal tersebut menunjukkan adanya tekanan dobel pada nilai pangan nan berasal dari keterbatasan sisi pasokan dan perubahan permintaan musiman.
"Mengindikasikan kerentanan nilai pangan terhadap gangguan suasana dan peristiwa keagamaan," demikian dikutip dari laporan LPEM FEB UI.
Inflasi terlihat pada bulan ketiga 2024 di semua kelompok. Pendorong utama inflasi umum adalah komponen golongan nilai bergolak alias volatile food nan meningkat 10,33 persen yoy. Peningkatan ini berkontribusi 1,64 persen terhadap inflasi Maret 2024.
"Lonjakan nilai pangan nan disebabkan oleh keterbatasan pasokan dan peningkatan permintaan Ramadan, menyebabkan lonjakan inflasi peralatan bergolak dari 8,47 persen yoy pada Februari 2024."
Sementara itu, inflasi inti naik menjadi 1,77 persen yoy pada Maret 2024 dari 1,68 persen pada bulan sebelumnya. Hal ini didorong oleh permintaan nan meningkat selama Ramadan dan menjelang Idul Fitri. Harga nan diatur pemerintah naik 1,39 persen yoy pada Maret 2024 alias lebih rendah dari Februari 2024 nan tercatat 1,68 persen yoy.
Iklan
Dari segi golongan pengeluaran, kenaikan inflasi pada Maret 2024 utamanya didorong oleh kenaikan nilai dalam golongan makanan, minuman dan tembakau. Kelompok ini mencatatkan tingkat inflasi sebesar 7,43 persen yoy alias berkontribusi 2,09 persen terhadap inflasi umum.
Secara bulanan alias month-to-month (mtm), inflasi umum Maret 2024 berada di level 0,52 persen. Persentase ini meningkat dari 0,37 persen pada Februari 2024. Serupa dengan tren inflasi tahunan, semua komponen mengalami kenaikan nilai secara bulanan pada Maret 2024.
Lonjakan bulanan paling signifikan terlihat pada komponen volatile food nan mencatatkan tingkat inflasi 2,16 persen mtm pada Maret 2024. Angkanya naik dari 1,53 persen mtm pada Februari 2024.
"Peningkatan ini didorong oleh kenaikan nilai telur ayam ras, daging ayam ras dan beras. Namun, tren peningkatan untuk peralatan bergolak ini diimbangi oleh penurunan nilai cabe merah dan tomat."
Inflasi inti tercatat sebesar 0,15 persen mtm pada Maret 2024, imbas kenaikan nilai emas, minyak goreng, nasi dan lauk pauk. Hal ini sejalan dengan peningkatan permintaan dikarenakan pengaruh musiman bulan Ramadan. Harga nan diatur pemerintah mengalami inflasi 0,08 persen mtm pada Maret 2024 alias turun dari 0,15 persen mtm dari bulan sebelumnya.
"Penurunan inflasi nilai nan diatur pemerintah ini didorong oleh tarif pikulan udara nan lebih rendah pada Maret 2024, meskipun sebagian dikompensasi oleh kenaikan nilai rokok kretek mesin."
Kemarin, Bank Indonesia (BI) menyebut inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen. Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa inflasi IHK April 2024 tercatat sebesar 0,25 persen secara bulanan alias month-to-month (mtm). Dengan demikian, inflasi IHK secara tahunan menjadi 3 persen year-on-year (yoy).
Direktur Departemen Komunikasi Fadjar Majardi menyatakan, inflasi nan terjaga merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah pusat serta daerah. Hal ini terwujud melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di beragam daerah.
"Ke depan, BI meyakini inflasi bakal tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen pada 2024," katanya dalam keterangan resmi pada Kamis, 2 Mei 2024.
Pilihan Editor: CASN Jalur Sekolah Kedinasan, Ada 3.445 Formasi di 8 Sekolah