Palembang, CNN Indonesia --
Jurnalis wanita asal Aceh, Nani Afrida terpilih menjadi Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia periode 2024-2027 dalam Kongres AJI ke-XII nan diadakan di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (5/5). Dia maju berpasangan dengan Bayu Wardhana nan juga terpilih sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen).
Nani Afrida merupakan wartawan wanita kedua nan terpilih sebagai Ketua Umum AJI Indonesia, setelah Ati Nurbaiti pada periode 2000-2003. Nani juga tercatat sebagai wartawan kedua asal Aceh nan menjadi Ketua Umum AJI Indonesia, setelah Nezar Patria pada periode 2008-2011. Kini, Nezar Patria menjadi Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) RI.
Pada periode 2021-2024, Nani menjabat sebagai Ketua Bidang Gender, Anak dan Kelompok Marjinal AJI Indonesia. Sementara Bayu merupakan Ketua Bidang Data dan Informasi pada periode nan sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, Nani merupakan Pemimpin Redaksi independen.id. Sebelumnya, dia pernah bekerja di Harian Serambi Indonesia. Sementara Bayu merupakan pemimpin umum di media nan sama dengan Nany, Independen.id.
Dalam Pemilu AJI 2024, pasangan nomor urut 1 Nani-Bayu menang absolut dengan perolehan 90 bunyi elektoral dari total 217 bunyi elektoral. Dia mengalahkan tiga pasangan lainnya.
Pasangan nomor urut 2, Aloysius Budi Kurniawan namalain Wawan (redaktur Harian Kompas) dan Iman Dwianto Nugroho (Editor CNN Indonesia TV) memperoleh 42 bunyi elektoral.
Kemudian pasangan nomor urut 3, Ika Ningtyas Unggraini (editor Cek Fakta Tempo) alias Sekjen AJI Indonesia periode 2021-2024 dan Laban Abraham Laisila namalain Nyonyo (kepala Newsroom Narasi TV) alias Ketua Bidang Dana dan Usaha AJI Indonesia periode 2021-2024 memperoleh 48 bunyi elektoral.
Pasangan nomor urut 4, Edy Can (Manager Produksi Berita CNN Indonesia TV) alias Ketua Bidang Pendidikan, Etik dan Profesi AJI Indonesia periode 2021-2024 dan Asep Saefullah (Pemimpin Redaksi Ekuatorial.com) memperoleh 37 bunyi elektoral.
Pasangan Nani-Bayu sah menjadi Ketua Umum dan Sekjen AJI Indonesia periode 2024-2027, setelah Berita Acara Panitia Pemilu AJI ditetapkan oleh ketua sidang nan terdiri dari Abdul Manan (Ketua) didampingi dengan dua personil ialah Ana Djukana dan Sunarti Sain.
Rangkaian Kongres ke-XII AJI 2024 nan diadakan pada 2-5 Mei ini melangkah lancar tanpa halangan berarti.
Usai terpilih, Nani dan Bayu menyampaikan, pada masa kepemimpinannya mereka berjanji memperjuangkan kesejahteraan wartawan dan kemerdekaan pers nan lebih baik.
"Prioritas utama kepemimpinan kami, ialah memperkuat keorganisasian AJI Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia," kata Nani.
Menurutnya, AJI Kabupaten/Kota adalah fondasi sehingga perlu upaya untuk mewujudkan kemandirian mereka. Hal ini krusial lantaran berangkaian dengan kesejahteraan dan profesionalitas para wartawan terutama personil AJI di Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
"Untuk kemandirian AJI Kabupaten/Kota, kami bakal mendengarkan semua keinginan, kelebihan dan kekurangan mereka. Setelah itu, kita bakal menyusun program untuk mewujudkan kesejahteraan dan profesionalitas jurnalis," ujarnya.
Nani juga menyatakan bakal konsentrasi mengadvokasi produk-produk norma nan belum cocok dengan rumor kemerdekaan pers serta tetap mengadvokasi wartawan nan terjerat kasus hukum.
Untuk mewujudkan kemerdekaan pers nan lebih baik, kata Nani, ada tiga strategi utama nan bakal diterapkan, ialah perbincangan alias diplomasi, pendidikan pers alias sosialisasi, dan pergerakan alias aksi. Hal itu kudu dilakukan berbareng dengan segenap organisasi pers lainnya, golongan masyarakat dan Dewan Pers.
"Tidak bisa diperjuangkan sendirian rumor kemerdekaan pers ini. Tentunya, kita kudu bergerak bersama-sama," ujar Nani.
Ketua Umum AJI Indonesia periode 2021-2024, Sasmito Madrim mengapresiasi proses pemilihan Ketum dan Sekjen AJI Indonesia kali ini berjalan dengan baik.
"Kami berharap, Ketum dan Sekjen AJI nan baru terpilih bisa konsentrasi mendorong kesejahteraan dan profesionalisme serta kemerdekaan pers nan lebih baik," ujar Sasmito.
Penghasilan wartawan di Indonesia berasas survei AJI, kata dia, sekitar 50 persen tetap di bawah bayaran minimum provinsi masing-masing. Hal ini, tentu bakal berpengaruh terhadap keahlian wartawan dan kepentingan publik, terutama mengenai profesionalitas jurnalis.
"Jurnalis nan tidak independen bakal melahirkan buletin nan berpihak, sehingga merugikan masyarakat luas," katanya.
Selain itu, Sasmito juga mengingatkan agar rumor kekerasan terhadap wartawan tetap dikawal. Pasalnya hingga kini, tetap ada abdi negara keamanan nan melakukan pembiaran terhadap kasus-kasus kekerasan terhadap jurnalis.
"Semoga Ketum dan Sekjen AJI nan baru bisa menemukan terobosan mengenai rumor itu (kemerdekaan pers). Sepanjang kita solid, tentunya kita bisa berjuang berbareng mengawal indeks kemerdekaan pers tersebut," katanya.
Pemilihan langsung pertama
Kongres ke-XII AJI kali ini menjadi sejarah baru. Selain rekor pasangan calon terbanyak sepanjang sejarah, untuk pertama kalinya pemilihan Ketum dan Sekjen AJI Indonesia dilakukan secara online sehingga dapat diikuti semua personil AJI nan sudah tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Kongres kali ini diikuti 39 dari 40 AJI Kota nan ada di Indonesia dengan jumlah keseluruhan DPT sebanyak 1.568. Sedangkan jumlah personil AJI Indonesia nan menggunakan kewenangan pilihnya sebanyak 1.226 anggota.
Ketua Panitia Pemilu AJI, Yoso Muliawan menuturkan Kongres AJI Indonesia ke-XII merupakan sejarah baru lantaran untuk pertama kalinya pemilihan Ketum dan Sekjen dilakukan secara langsung.
Menurutnya, dalam kongres-kongres sebelumnya, pemilihan Ketum dan Sekjen AJI Indonesia dilakukan oleh delegasi dalam kongres.
"Kongres kali ini (2024), pemilihan dilakukan secara langsung oleh seluruh personil AJI Indonesia nan sudah terdaftar dalam DPT. Terpilihnya Ketum dan Sekjen AJI Indonesia periode kali ini ditentukan melalui perolehan bunyi elektoral, bukan bunyi terbanyak," kata Pemimpin Redaksi Tribun Jambi ini di letak acara.
Sistem elektoral merupakan sistem proporsionalitas bunyi dalam pengambilan keputusan dalam Kongres AJI, dan telah diberlakukan sejak Kongres AJI Indonesia tahun 2000. Total bunyi elektoral nan diperebutkan sebanyak 218 dari 39 AJI Kota di seluruh Indonesia.
Penerapan sistem ini memastikan bahwa AJI Kota nan mempunyai jumlah personil lebih sedikit juga mempunyai berat bunyi (dalam konteks Pemilu AJI mempunyai berat elektoral) nan lebih besar, sehingga tetap bisa mewarnai dan menentukan arah perjuangan AJI.
(zai/pmg)
[Gambas:Video CNN]