TEMPO.CO, Jakarta - Pakar keamanan siber Alfons Tanujaya meminta masyarakat tidak perlu cemas soal rumor kebocoran info lantaran menggunakan Starlink. Sebab menurutnya, info nan terkoneksi internet sudah terenkripsi. "Secara teknis sangat susah untuk membaca info nan terenksipsi ini," kata dia melalui keterangan tertulis, Rabu, 22 Mei 2024.
Alfons menyatakan admin WA sekalipun tidak mengetahui info pengguna lantaran terenkripsi. Namun, ada info lain seperti meta info dan info tambahan nan bisa mereka lihat. Contohnya kebiasaan pengguna, kapan dia aktif, dengan siapa saja dia sering berkomunikasi, alias tergabung dengan group apa saja. "Bahkan Google dan Apple misalnya, nan tentunya tahu persis pergerakan Anda, lantaran Anda menggunakan jasa GPS pada ponsel mereka," ucapnya.
Justru nan menjadi pertanyaan, kata Elfons, apakah info itu sudah dimanfaatkan dan diolah dengan baik oleh pemerintah? Sebetulnya, jika info itu diolah dan digunakan dengan baik, Alfons percaya info itu bisa sangat berfaedah dalam mengetahui profil, geografis, kebiasaan pengguna internet, kecenderungan, dan perihal lain nan bisa digunakan untuk membikin kebijakan nan lebih baik dan efisien.
Sebaliknya, menurut Alfons, jika faedah jaringan Starlink ini hanya dilihat dari siapa nan menerima iuran langganan internet saja, sudah tentu Starlink sebagai penyedia jasa bakal meraup faedah dan untung paling besar.
Iklan
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan, pemerintah terus mendorong CEO SpaceX, Elon Musk untuk membangun Network Operation Center alias NOC di Indonesia.
Starlink resmi diluncurkan di Bali pada Ahad, 19 Mei 2024. Tepatnya di Puskesmas Pembantu Bali nan mempunyai keterbatasan akses internet. Pemasangan jasa itu juga ada di Kepulauan Aru, Maluku. Budi mengatakan Satrlink bakal difokuskan ke wilayah terpencil, terdepan, dan terdalam alias 3T.
Pilihan editor: Starlink Masuk Indonesia, Mengapa Masyarakat Khawatir Soal Keamanan Data?