Pemecatan Dekan FK Unair Dinilai Tak Sesuai Prosedur dan Tergesa-gesa

Sedang Trending 3 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Surabaya, CNN Indonesia --

Pemecatan dr Budi Santoso dari posisi Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dianggap menyalahi prosedur dan tergesa-gesa.

Budi sebelumnya dicopot dari jabatannya sebagai Dekan FK Unair karena menolak rencana kehadiran master asing ke Indonesia.

Mantan Rektor Unair Prof dr Puruhito beranggapan tindakan ketua Unair saat ini ialah M Nasih, tidak sesuai Pasal 53 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2014 Tentang Statuta Unair.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari statuta tidak sesuai, dari perpres (peraturan pemerintah) nan ada tidak sesuai," kata Puruhito, di Halaman Gedung Kampus A Unair, Surabaya, Kamis (4/7).

Pasal itu menjelaskan dekan alias wakil dekan di Unair bisa diberhentikan lantaran berhujung masa jabatannya; meninggal dunia; mengundurkan diri; sakit nan menyebabkan tidak bisa bekerja secara permanen.

Kemudian, dekan alias wakil dekan juga bisa dicopot jika sedang studi lanjut; dan/ alias di pidana penjara berasas putusan pengadilan nan mempunyai kekuatan norma tetap lantaran melakukan perbuatan nan diancam pidana penjara.

"Prof Bus belum waktunya untuk mengundurkan diri, belum selesai masa jabatannya. Prof Bus tetap sehat, Prof Bus tidak sakit, Prof Bus tidak studi lanjut, Prof Bus tidak mundur, prof bus juga tidak masuk dipenjara atas keputusan pengadilan nan tetap," ujarnya.

Selain itu, kata Puruhito, syarat untuk memecat seorang dekan alias wakil dekan di lingkungan Unair juga kudu atas persetujuan Senat Unair, dan persetujuan Majelis Wali Amanat.

"Tiga syarat ini, juga ditambah lima syarat dasar rupanya tidak terlalu dipenuhi oleh pimpinan. Karena itu kami sangat berdukacita dan sangat terharu mendengar apa nan terjadi dengan dekan kebanggaan kami," ucapnya.

Tak hanya itu, menurut master mahir bedah jantung ini, pencopotan Budi juga dilakukan tergesa-gesa dan tanpa sistem nan semestinya. Hingga saat ini, pihaknya juga belum mengatahui apa argumen Rektor Unair M Nasih memecat Budi.

"Sampai sekarang kami belum jelas apa sih nan mendasari beliau (M Nasih) bertindak secepat itu. Coba ada prosedurnya harusnya SP1, SP2 dan seterusnya. Itu tidak ditempuh," kata dia.

"Saya mantan rektor, administrator, tahu prosedur itu, nan sampai sekarang tidak diberlakukan pada pemecatan pengehentian Prof Bus ini. Itu nan kami sesalkan," tambahnya.

Maka itu, ratusan civitas academica FK Unair pun melakukan tindakan solidaritas mendukung Budi. Mereka terdiri dari pembimbing besar, dosen, sejawat dokter, alumni hingga mahasiswa.

Setidaknya ada tiga poin tuntutan mereka. Pertama mereka menolak pemberhentian Prof Budi Santoso, sebagai Dekan FK Unair. Kedua, mereka menuntut kepada Pimpinan Unair untuk mengembalikan kedudukan Dekan FK Unair kepada Prof Budi.

Ketiga, mereka juga meminta Presiden Republik Indonesia dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengembalikan kedudukan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga kepada Prof Budi Santoso. serta memulihkan nama baiknya.

CNNIndonesia.com telah berupaya mengonfirmasi Rektor Unair M Nasih soal pemberhentian Budi. Namun nan berkepentingan belum memberikan respons.

Sementara itu, pihak Unair melalui Kepala Pusat Komunikasi dan Informasi Publik Unair, Martha Kurnia membenarkan pihaknya telah mencopot Budi Santoso dari posisi Dekan Fakultas Kedokteran (FK).

"Terkait beredarnya pemberitaan tentang pemberhentian Dekan FK Unair di beberapa media sosial, dengan ini kami humas Universitas Airlangga menyatakan bahwa pemberitaan tersebut betul adanya," kata Martha, melalui keterangannya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (3/7).

Namun, dia tidak membeberkan apa argumen Pimpinan Unair mencopot Budi. Ia mengatakan perihal itu adalah kebijakan internal lembaganya.

"Alasan alias pertimbangan ketua Unair mengenai pemberhentian ini adalah merupakan kebijakan internal untuk menerapkan tata kelola nan lebih baik guna penguatan kelembagaan khususnya di lingkungan FK Unair," ucapnya.

(frd/fra)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional