Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-GCC, Para Pengusaha Besar akan Dipertemukan

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan namalain Zulhas mengatakan peluncuran The Launching of the Negotiation Indonesia-Gulf Cooperation Council Free Trade Agreement (I-GCC FTA) alias Perundingan Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-GCC merupakan momen bersejarah. Zulhas dan Sekretaris Jenderal Gulf Cooperation Council Jasem Mohamed Albudaiwi resmi meluncurkan perjanjian itu di Kementerian Perdagangan, Jakarta, pada Rabu, 31 Juli 2024. 

Ditemui usai kegiatan, Zulhas mengatakan selama ini hubungan Indonesia dengan negara GCC hanya sekadar haji dan umrah. Oleh lantaran itu, usai aktivitas ini berjalan Indonesia bakal memperbesar hubungan perdagangan dengan negara nan tergabung dalam GCC. “Ini termasuk bersejarah. Selama ini kita dengan GCC urusannya domestik worker, haji dan umrah, tidak naik pangkat kita sudah 70 tahun,” kata Zulhas. 

GCC merupakan aliansi kerjasama ekonomi dan politik nan beranggotakan enam negara nan meliputi  Arab Saudi,Persatuan Emirat Arab, Kuwait, Bahrain,Oman, dan Qatar

Oleh lantaran itu, Zulhas mengatakan dalam waktu dekat Kementerian Perdagangan bakal menggelar aktivitas seminar tentang penyelenggaraan perjanjian ini. Dia mengatakan pengusaha besar dari Indonesia dan GCC bakal berjumpa di Jakarta. 

“Kita marathon, September mulai sudah ada permintaan dari mereka, kita bakal seminar di sini, mereka mengundang perusahan besar mereka, kita temukan dengan perusahaan besar di sini,” kata Zulhas. 

Sementara itu, Zulhas dalam sambutannya mengapresiasi atas peluncuran perundingan ini. "Saya senang sekali hari ini, dari hati nan paling dalam secara tulus saya membujuk kita bersama-sama untuk segera menyelesaikan salah satu nan bisa memperbesar perdagangan kita dalam perjanjian ini," kata Zulhas. 

Dalam peluncuran ini juga ditandai dengan penandatanganan Joint Statement on The Launching of The Negotiation on The Free Trade Agreement between The Republic of Indonesia and The Gulf Cooperation Council. Zulhas dan Jasem Mohamed Albudaiwi meneken warkat itu. 

Zulhas mengatakan Indonesia dengan Arab dan negara nan tergabung dalam GCC sudah mempunyai hubungan nan panjang. Namun, kata dia, hubungan sejarah itu tak menghasilkan perdagangan nan besar. Oleh lantaran itu, dia berambisi usai perjanjian ini berjalan bakal memperbesar hubungan perdagangan Indonesia dengan negara nan tergabung dalam GCC. "Hubungan dagangannya sedikit. Tetapi saya mau sekali kita memperkuat dan memperbesar hubungan perdagangan kita," kata Zulhas. 

Zulhas bercerita selama menjabat sebagai Menteri Perdagangan, dirinya kerap mengunjungi negara nan tergabung dalam GCC. Ia menyebut pernah menyambangi Arab Saudi sebanyak enam kali, Uni Emirates Arab sebanyak lima kali, Qatar sebanyak dua kali. Sementara itu, Zulhas mengaku belum mengunjungi Oman, Bahrain, dan Kuwait.  

Iklan

Sementara itu, Zulhas mengatakan perjanjian ini diharapkan bakal memberi akibat bagi Indonesia dan negara-negara di GCC. Ia menyebut Indonesia dan GCC sama-sama mempunyai potensi ekonomi nan besar. 

“Kita punya ekonomi ekonomi terbesar, GCC juga besar sekali,” kata Zulhas. 

Dalam kesempatan nan sama, Jasem Mohamed AIbudaiwi berambisi perjanjian ini bakal memberi akibat ekonomi nan baik bagi Indonesia dan GCC. Usai diresmikan peluncuran kerja sama ini, Indonesia dan GCC bakal membahas potensi ekonomi nan bisa digali. 

“Ada beberapa perihal nan mau disampaikan di antaranya ialah perdagangan barang, perdagangan jasa, kepabeanan, dan ekonomi Islam. Kami mau menggaris bawahi kesepakatan jual beli ini menitikberatkan pada ekonomi Islam," kata dia. 

Total perdagangan antara Indonesia dan GCC pada periode Januari—Mei 2024 mencapai US$ 6,2 miliar.Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia ke GCC tercatat sebesar US$ 2,7 miliar, sementara impor Indonesia dari GCC mencapai USD 3,5 miliar. Pada 2023, total perdagangan Indonesia—GCC mencapai US$ 15,7 miliar. Ekspor Indonesia tercatat sebesar USD 6,1 miliar. 

Komoditas ekspor utama Indonesia di antaranya mobil dan kendaraan bermotor, minyak kelapa sawit, perhiasan, kapal suar, kertas,dan kertas karton tidak dilapisi.Sedangkan, impor Indonesia tercatat sebesar US$ 9,6 miliar. Komoditas impor utama non-migas diantaranya produk separuh jadi dari besi alias baja bukan paduan, alkohol asiklik, belerang, polimer dari etilena, dan aluminium tidak ditempa.

Pilihan Editor: Edisi Khusus 10 Tahun Jokowi: Pekerja Celaka lantaran UU Cipta Kerja

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis