TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat kepresidenan yang dinaiki Presiden Jokowi mendarat di Bandara IKN untuk pertama kalinya, Selasa siang, 24 Maret 2024.
"Ya alhamdulillah ini landing nan pertama nan semuanya melangkah dengan baik, alhamdulillah semua melangkah dengan lancar dan ini adalah pertama kali saya turun di Bandara Nusantara. Ya mulus banget sih turunnya," kata Jokowi kepada media di Bandara Nusantara, IKN.
Jokowi menumpang Pesawat Kepresidenan RJ-85 saat mendarat di Bandara Nusantara, IKN. Ini adalah pesawat kepresidenan nan sudah dipakai sejak Presiden Soeharto.
Menurut laman Indonesia.go.id, pesawat buatan Inggris itu dibeli pada 1993. Dengan empat engine jet pada kedua sayapnya, pesawat itu bisa take-off di landasan pacu berukuran pendek sekitar 1.500 meter.
Pada jenis komersialnya, RJ-85 alias dikenal juga dengan BAE 146-200 itu bisa mengangkut 90-100 penumpang. Untuk keperluan VVIP, pesawat ini dirancang hanya membawa 30 penumpang. Namun daya jelajahnya rendah, kurang dari 2.500 km. Dengan ukuran dan bentuknya nan sederhana BAE 146-200 Pelita memang kurang cocok menyandang call sign Indonesia One.
Pesawat Kepresidenan lainnya adalah jenis Boeing 737-800 nan dibeli pada masa Presiden SBY dan mulai dioperasikan pada April 2014. Menyambut hari ulang tahun ke-76 Republik Indonesia, 17 Agustus 2021, Indonesia One mengubah penampilannya. Badan nan sebelumnya berwarna biru langit berpadu putih, dengan list warna merah-putih, berubah menjadi merah putih penuh.
Warga nan sama digunakan pada pesawat RJ-85.
Bandara Nusantara untuk Penerbangan Komersial
Presiden Jokowi mengatakan, Bandara Nusantara tidak terlampau besar, namun lebih dari cukup. Setelah sukses tinggal landas, Presiden bakal mencoba melakukan lepas landas dari Bandara Nusantara pada kunjungan ke wilayah berikutnya nanti.
Ia juga memerintahkan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk mengubah status Bandara Nusantara dari very very important person (VVIP) menjadi komersial.
"Saya tadi sudah perintahkan ke Pak Menhub agar segera diubah menjadi airport komersial. Airport komersial," kata Presiden memberi keterangan pers di Bandara Nusantara di IKN.
Presiden mengatakan jika diubah menjadi airport komersial maka bakal berfaedah bagi masyarakat sekitar, misalnya bisa digunakan untuk penerbangan haji hingga umrah.
Iklan
"Supaya lebih bermanfaat. Jangan hanya untuk VVIP. Lebih berfaedah bagi nan mau umrah, nan mau haji, nan mau terbang ke dan dari IKN. Saya kira itu lebih bermanfaat," ujar Presiden.
Ia memperkirakan kapabilitas awal Bandara Nusantara bisa mencapai 200 ribu penumpang hingga Desember 2024 mendatang. Sedangkan untuk sasaran jangka panjang mencapai 7 juta penumpang per tahun setelah dioperasikan penuh sebagai airport komersial.
Soal sasaran pengoperasian Bandara Nusantara untuk komersial, Presiden mengatakan bakal menandatangani peraturan presiden (perpres) terlebih dahulu.
"Ya kelak jika perpresnya sudah saya tandatangani berfaedah mulai setelah itu," tutur Presiden.
Presiden sebelumnya telah menandatangani Perpres Nomor 31 Tahun 2023 Tentang Percepatan Pembangunan dan Pengoperasian Bandar Udara Very Very Important Person (VVIP) untuk Mendukung Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sebagaimana salinan resmi perpres tersebut disebutkan bahwa percepatan pembangunan dan pengoperasian airport VVIP perlu segera dilakukan untuk mengembangkan prasarana penerbangan dan pendukung konektivitas IKN.
"Bandara VVIP merupakan bandar udara unik nan digunakan untuk melayani kepentingan aktivitas pemerintahan di IKN,” tulis pasal 2 Perpres tersebut.
ANTARA | INDONESIA.GO.ID
Pilihan Editor Sri Mulyani Sebut Middle Income Trap alias Perangkap Negara Berpendapatan Menengah, Apa Itu?