Denpasar, CNN Indonesia --
Polisi telah memeriksa 21 saksi mengenai kasus tewasnya mahasiswa Timothy Anugerah Saputra (21) di Universitas Udayana (Unud) usai diduga melompat dari lantai empat di Gedung FISIP Kampus Sudirman, Unud, Denpasar, Bali.
Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Ariasandy mengatakan, korban diduga kuat tewas lantaran bunuh diri.
"Masih kita selidiki. Diduga kuat bunuh diri. Dari hasil lidik awal kita, pemeriksaan itu diduga kuat dia bunuh diri. Tapi kan tetap proses lidik ini, kita belum final gitu loh. Kan kita kudu berasas perangkat bukti, scientific investigation untuk bisa memastikan sebuah perkara ini pidana alias tidak," katanya, Kamis (23/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain suda memeriksa 21 saksi, polisi juga mengaku sudah mengecek rekaman CCTV nan berada di Gedung FISIP Unud. Tetapi, penyelidikan ini belum selesai lantaran tetap ada dua perangkat bukti nan perlu dilakukan pemeriksaan, ialah handphone dan laptop milik korban.
"21 orang kita sudah periksa, termasuk CCTV kita periksa dan segala macam itu. Cuma ini belum selesai, lantaran tetap ada beberapa perangkat bukti nan tetap kita dalami," ujarnya.
"Handphone sama laptop itu, kan kemarin dari pihak family tidak mau menyerahkan itu handphone sama laptop itu. Tapi lantaran kita pendekatan ke keluarga, akhirnya diserahkan handphone sama laptopnya itu untuk kita dalami," lanjutnya.
Kemudian, untuk 21 saksi nan diperiksa adalah nan mengetahui peristiwa tersebut. Selain itu, juga operator CCTV di Gedung FISIP Universitas Udayana.
"Semua nan kita duga tahu dan mengenai dengan peristiwa itu kita periksa. Dosen, teman, operator CCTV, petugas kebersihan nan tahu kejadian itu, kita periksa. Jadi saksi 21 itu kebanyakan kawan-kawan kelasnya, dosen-dosennya, dan orang di sekitar nan memandang kejadian itu," ungkapnya.
"Bahkan ada nan memandang pas dia melayang dari atas turun ke bawah gitu, jatuhnya. Tinggal itu tadi, tinggal handphone sama laptop itu nan diserahkan sama family itu nan kita mau cek. Sementara tetap proses," lanjutnya.
Ia juga menyatakan, bahwa korban jatuh dari lantai empat gedung FISIP Unud. Akan tetapi polisi tetap butuh penyelidikan lebih lanjut.
"Lantai empat diduga kuat. Lantai empat loncat dari sana, bunuh diri. Iya kelak tunggu saja, semua butuh proses," katanya.
Lebih lanjut, polisi juga sudah memeriksa CCTV di tanggal 15 dan 20 Oktober 2025. Polisi mengaku awalnya CCTV itu mati. Tetapi setelah dilakukan pengecekan kembali, rekaman CCTV bisa dilihat.
Kemudian dari hasil CCTV lantai empat tersebut, polisi mengaku memang tidak terlihat korban saat melompat alias jatuh. Karena, tiga CCTV itu mengarah ke bagian tangga gedung.
"Posisi di lantai empat itu ada tiga CCTV dan dia statis, tidak cover letak di mana si korban ini diduga bunuh diri. Jadi blank dia di situ, tidak ter-cover. Jadi CCTV itu tidak bisa menangkap peristiwa dia loncat itu, lantaran memang tidak menyorot ke sana CCTV-nya," ujarnya.
Namun, saat korban sendiri di lantai empat sekitar pukul 08:00 WITA ada saksi nan memandang bahwa korban membuka sepatu.
"Ada saksi nan melihat, memang dia di lantai empat itu (korban) buka sepatu. Tapi saksi ini kan tidak kenal sama korban, artinya mungkin kawan satu kuliah tapi bukan satu fakultas, jadi tidak kenal," ujarnya.
"Cuma (saksi) lihat (korban) ada. Lalu kemudian dia tengok lagi, loh orangnya mana?. Kok ada sepatu sama tasnya doang?, orangnya ke mana?. Dia tidak peduli sampai dia tahu, jika rupanya ada orang nan jatuh. Dia (saksi) sempat ditanyakan, sepatu itu punya siapa?, (oleh) petugas kebersihan, itu mungkin itu sepatunya nan korban jatuh tadi," tambahnya.
Selain itu, polisi mengungkapkan awalnya ibu kandung korban tidak mau melaporkan ke kepolisian mengenai peristiwa tersebut dan telah membikin surat pernyataan.
"Sehingga ketika kita mau dalami, dia (ibu korban) sampai saat ini pun tidak mau ngomong. Ini pernyataannya ada, dan terus, barang-barang nan dipunyai korban kan diamankan oleh om-nya (pamannya). Ketika interogator minta kerja sama agar peralatan itu diserahkan, dia menolak lantaran ibu korban pada awal kan tidak mau," ujarnya.
"Tapi setelah upaya kita beberapa hari, kita kasih pengertian, pendekatan, akhirnya diserahkan. Tapi keterangan dari ibu tetap, bahwa saya tidak melaporkan persoalan ini ke Polri. Iya ada pernyataannya itu," tambahnya.
Selain itu, polisi juga mengungkapkan ayah dan ibu korban telah lama bercerai. Pihak nan melaporkan kasus ini ke kepolisian adalah ayah korban.
"Bapaknya sudah lama pisah sama ibunya. Jadi bapaknya tahu anaknya meninggal itu dari pemberitaan. Makanya dia kemudian melapor ke polisi lantaran dianggap, dia tidak dapat info utuh gitu. Makanya polisi pada saat dia wawancarai, dia bilang kita sarankan si bapaknya agar komunikasi sama ibunya," ujarnya.
Polisi juga mengaku turut mengusut kasus perundungan alias bullying di kembali kasus dugaan bunuh diri tersebut.
"Yang jelas, sementara ini konklusi kita dari hasil lidik, kita duga kuat dia bunuh diri. Kemudian sampai saat ini, belum kita temukan adanya indikasi pembullyan," ujarnya.
Sebelumnya, seorang mahasiswa Universitas Udayana (Unud) Bali tewas jatuh dari lantai empat gedung FISIP. Korban, sempat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis, namun tidak tertolong alias meninggal dunia.

(kdf/dal)
[Gambas:Video CNN]
6 jam yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·