TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menyebut potensi daya baru terbarukan (EBT) di Indonesia belum sepenuhnya dieksekusi. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eniya Listiani Dewi menyebut saat ini hanya 0,3 persen pemanfaatan EBT nan dilakukan dari total potensi daya nan ada.
“EBT kita saat ini baru dipakai 0,3 persen diantara 3,4 TeraWatt potensinya,” kata Eniya dalam paparannya pada aktivitas kumparan Green Initiative Conference 2024 pada Selasa, 24 September 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat.
Ia juga menyinggung potensi daya terbarukan dari sektor laut nan implementasinya tetap nol namalain belum terealisasi sama sekali. Padahal ada potensi sebesar 63 GW nan semestinya dapat dimanfaatkan pemerintah. Oleh lantaran itu, menurutnya perlu dilakukan penelitian daya laut untuk wilayah Indonesia timur.
Potensi EBT nan besar ini menurut Eniya semestinya dapat digunakan sebaik mungkin untuk dapat menjaga ketahanan daya nasional serta memenuhi sasaran pencapaian bauran EBT. Bahkan menurutnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga terus memberikan perhatian penuh untuk kesempatan pemanfaatan EBT.
“Potensi dan pemanfaatan EBT menjadi perhatian dari pak Menteri ESDM, beliau selalu menanyakan berapa banyak EBT kita,” ujar Eniya.
Iklan
Agara pemanfaatan EBT ini dapat direalisasikan secara lebih baik, Eniya mengatakan perlu adanya investasi nan berkualitas. Menurutnya investasi di sektor daya terbarukan tetap banyak ketinggalan dibanding sektor-sektor lainnya. Padahal hingga tahun 2030 saja, Eniya menyatakan memerlukan investasi hingga US$ 15,9 miliar.
“Tentu saja saat ini untuk investasi kita memerlukan investasi US$ 15,9 miliar sampai dengan tahun 2030, ini nan tetap banyak ketinggalan,” ucapnya.
Pilihan Editor: Pemerintah Berencana Bangun PLTN di 2032