TEMPO.CO, Jakarta - Presiden terpilih Prabowo Subianto kembali menyatakan optimismenya bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8 persen. Bahkan dia berani bertaruh dengan sejumlah menteri negara tetangga.
Pernyataan Prabowo ini langsung mengingatkan pada janji Jokowi ketika kampanye Pilpres 2014. Ia waktu itu, menjanjikan pertumbuhan meroket 7 persen.
Selama nyaris sepuluh tahun Presiden Joko Widodo memimpin, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5 persen per tahun. Angka itu diklaim lebih baik dibanding di negara-negara peers alias setara. Pada kuartal III 2023, misalnya, perekonomian nasional meningkat menjadi 5,05 persen, lebih tinggi dibanding Malaysia nan sebesar 3,9 persen dan Thailand 2,5 persen.
Janji meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi 8 persen diungkapkan Prabowo saat kampanye Presiden. Sementara capres lain, Anies Baswedan manergetkan pertumbuhan 5,5-6,5 persen, sedangkan Ganjar Pranowo 7 persen.
"Banyak wartawan, semua direkam. Tapi ada beberapa menteri dari sebuah negara nan taruhan sama saya," katanya saat menyampaikan sambutan Presiden Joko Widodo namalain Jokowi di aktivitas peluncuran kebijakan satu peta, nan dipantau dari YouTube Perekonomian RI, Kamis, 18 Juli
Menurut Prabowo, Indonesia mempunyai potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen itu. Namun, ujarnya, untuk mencapai tujuan itu perlu adanya efisiensi dan pengelolaan nan lebih baik.
"Ambil kebijakan nan masuk akal," ujarnya. Ia mengungkapkan, pemerintah kudu mempunyai tekad untuk memitigasi kebocoran, penyelewengan, hingga kebijakan-kebijakan nan tidak menguntungkan kepentingan nasional serta kepentingan rakyat.
Janji pertumbuhan tinggi nan diucapkan Jokowi di masa kampanye dan awal pemerintahannya meleset. Berbagai perihal dituding sebagai penyebab, di antaranya pandemi Covid-19.
Karena itu, nomor pertumbuhan 5 persen dinilai sudah cukup baik. Meskipun pertumbuhan nan dicapai tak bisa mengurangi nomor kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan. Salah satu indikasinya tampak dari anggaran bantuan sosial yang bertambah setiap tahun.
Pada 2024, anggaran perlindungan sosial naik Rp 20 triliun dibanding pada 2023 menjadi Rp 496 triliun, hanya sedikit di bawah anggaran perlindungan sosial pada masa puncak pandemi Covid-19 nan nyaris Rp 500 triliun.
Iklan
Tingkat pengangguran terbuka juga tetap tinggi, ialah sebesar 5,32 persen alias 7,86 juta orang per Agustus 2023. Tingkat serapan tenaga kerja pun terus turun, nan mengakibatkan jumlah pekerja informal per Agustus 2023 mencapai 59,11 persen dari total angkatan kerja. Belum lagi tanda-tanda deindustrialisasi nan kian nyata berupa penurunan kontribusi sektor manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB).
Ekonom pesimistis
Target 8 persen nan dicanangkan Prabowo dipertanyakan peneliti The Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J. Rachbini. Ia mengaku pesimistis sasaran nan disampaikan presiden terpilih itu dapat tercapai dengan kebijakan saat ini.
Pasalnya, menurut Didik, keahlian dan kebijakan Kementerian Perindustrian alias Kemenperin dari masa pemerintahan Joko Widodo alias Jokowi terbukti tak efektif mengerek pertumbuhan sektor industri.
“Janji kampanye Prabowo pertumbuhan ekonomi bakal dipacu sampai 8 persen, suatu sasaran nan nyaris mustahil dengan kebijakan pada saat ini,” ujar Rektor Universitas Paramadina itu melalui keterangan tertulis, dikutip Selasa, 18 Juni 2024.
Didik menjelaskan, peran Kemenperin selama ini terbatas dan tak bisa membikin kebijakan nan signifikan memajukan sektor industri. Walhasil, sektor industri tumbuh rendah dan bergerak sangat lambat.
Bahkan, menurut Didik, sektor industri mandek dengan pertumbuhan hanya 3-4 persen. Sektor industri akhirnya tak mempunyai daya sorong dan mengangkat pertumbuhan ekonomi tinggi.
TIM TEMPO
Pilihan Editor Wamen Baru Yuliot Tanjung Klaim Ada Lebih dari 400 Minat Investasi untuk IKN