Pro Kontra Wacana Presidential Club ala Prabowo

Sedang Trending 6 bulan yang lalu

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden terpilih Prabowo Subianto berencana membentuk 'Presidential Club' nan diisi oleh para mantan presiden RI nan tetap hidup. Rencana ini pun menuai pro dan kontra.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejauh ini tak keberatan dengan rencana tersebut. Ia apalagi berkelakar andaikan Presidential Club terbentuk, maka pertemuan antara tokoh negara itu dilakukan dua hari sekali.

Ia pun mengaku siap memberi pengarahan jika rencana itu betul terealisasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau minta saran kan enggak apa-apa, jika minta saran. Tapi jika enggak dimintai saran, ikut-ikutan nimbrung, ya itu nan enggak boleh," katanya usai meninjau pameran kendaraan listrik di JiExpo Kemayoran Jakarta, Jumat (3/5).

Dukungan pembentukan Presidential Club juga datang dari Partai Demokrat. Juru Bicara Demokrat, Herzaky Putra Mahendra menilai rencana Prabowo sejalan dengan mimpi Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) nan pernah disampaikan sebelum Pilpres 2024.

"Bagus itu ya. Demokrat sangat mendukung. Inikan sejalan dengan mimpi Pak SBY beberapa waktu lalu," kata Herzaky.

Kala itu, kata dia, SBY pernah mengungkap mimpinya berkumpul dengan presiden RI nan pernah menjabat seperti Presiden Jokowi, Megawati Soekarnoputri, dan presiden terpilih hasil Pilpres 2024 di Stasiun Gambir. Kedatangan SBY, Jokowi, dan Mega disambut presiden terpilih RI nan baru.

Menurutnya, Indonesia saat ini punya kelebihan dengan mempunyai dua mantan presiden, presiden nan bakal purna tugas. Mereka semua tetap hidup dan sehat.

Ia menilai para mantan presiden tersebut mempunyai kebajikan, pengalaman, dan pengetahuan nan berfaedah bagi presiden nan bakal datang.

"Mengenai gimana situasi geopolitik. Lalu juga mengenai seperti apa solusi-solusi nan sebaiknya diambil dalam menghadapi situasi-situasi tertentu," ucapnya.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan juga mendukung buahpikiran Prabowo. Ia menilai Presidential Club adalah perihal nan bagus.

"Bagus banget," katanya.

Di sisi lain, PDIP mempertanyakan rencana Prabowo membentuk Presidential Club itu. Politikus PDIP Deddy Yevry Sitorus menilai rencana tersebut bagus-bagus saja. Namun, dia mempertanyakan urgensi dan kegunaan lembaga tersebut, apalagi sudah ada majelis pertimbangan presiden (wantimpres).

"Ya namanya rencana, bagus-bagus saja. Cuma memang urgensinya apa, kan sudah ada Wantimpres," ucap Deddy.

Ia menuturkan jika nan diinginkan lewat Presidential Club tersebut presiden ke depan bisa berganti pikiran, perihal itu bisa dilakukan secara langsung, dan tidak kudu diinstitusionalisasikan.

Ia khawatir, langkah tersebut justru hanya bakal membingungkan. Sebab, setiap presiden mempunyai pengalaman dan buahpikiran nan berbeda.

"Nanti malah bikin beliau bingung lantaran masing-masing kan punya ideologi, konteks pemerintahan dan pengalaman nan berbeda. Idenya sih bagus tetapi menurut saya kelak malah bikin ribet sendiri," kata dia.

Setali tiga uang, Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul menilai Presidential Club sejatinya tak mempunyai urgensi cukup tinggi. Namun di sisi lain, forum itu juga tidak masalah alias wajar saja jika dibentuk.

Menurutnya, Presidential Club sejatinya mempunyai tugas alias peran nan mirip dengan Wantimpres.

"Urgensinya sih sebenarnya tidak terlalu ada jika menurut saya, meski sah saja," kata Adib.

Ia justru menyoroti ada potensi misi unik Prabowo dalam rencana pembentukan Presidential Club.

Adib berpendapat, Prabowo berupaya menjembatani hubungan Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP sekaligus Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri nan sekarang memanas terutama pasca Pilpres 2024.

"Saya memandang ini sebenarnya gelagat untuk dalam tanda kutip mengislahkan Pak Jokowi dan Bu Megawati nan lagi keras dan panas," ujarnya.

Selain itu, Adib menilai Prabowo menginginkan jalan pemerintahannya beriringan dengan praktik politik Indonesia nan tenang. Prabowo menurutnya mau menciptakan stabilitas politik melalui pembentukan forum presiden tersebut.

Atau dengan kata lain, Prabowo berupaya meminimalisir perbedaan politik dan oposisi selama masa jabatannya.

"Jadi menurut saya, ini untuk menekan agar politik stabil. Sebenarnya ujung-ujungnya ya biar rekonsiliasi demi persatuan dan kesatuan, kan gitu bahasa normatif politiknya. Dan untuk menekan oposisi itu jelas," ujar Adib.

Rencana pembentukan Presidential Club diungkapkan Juru Bicara Prabowo, Dahnil Azhar Simanjuntak.

"Presidential Club itu istilah saya saja, bukan institusi. Ya, (isinya) semua mantan Presiden kita nan tetap ada," kata Dahnil, Jumat (3/5).

Dahnil menjelaskan Presidential Club mau dibentuk agar para mantan presiden bisa tetap rutin berjumpa dan berbincang tentang masalah-masalah strategis kebangsaan.

Dengan begitu silaturahmi kebangsaan tetap terjaga di antara mereka dan menjadi teladan.

Dahnil mengatakan Prabowo berambisi para pemimpin di Indonesia selalu kompak, rukun, guyub memikirkan dan bekerja untuk kepentingan rakyat terlepas dari perbedaan pandangan dan sikap politik nan ada.

(mrh/pta)

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional