TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi acapkali menekankan ancaman aplikasi Temu terhadap ekosistem upaya mikro mini dan menengah (UMKM) jika sampai berekspansi ke Indonesia. “Kalau Temu itu jelas menghancurkan UMKM kita,” tuturnya ketika ditemui di Kantor Kementerian Kominfo pada Rabu, 9 Oktober 2024.
Sebagai komitmen Kementerian Kominfo melindungi UMKM, Budi mengambil langkah untuk memblokir aplikasi tersebut dari toko aplikasi untuk sistem operasi Android dan iOS di Tanah Air dan sepakat tidak memberikan izin jual beli Temu di pasar daring Indonesia.
Dilansir dari temu.com, Temu merupakan aplikasi lokapasar (marketplace) asal Cina nan berbasis di Boston, Amerika Serikat. Aplikasi nan menginduk pada perusahaan PDD Holdings Inc ini—yang juga mengoperasikan platform serupa, Pinduoduo—pertama kali diluncurkan pada September 2022 dan memberikan akses konsumennya menelusuri dan memilah produk sebelum membelinya dari beragam vendor.
Nama Temu mempunyai makna Team Up, Price Down. Merujuk pada konsentrasi utama upaya platform jual beli lintas negara atau cross-border trade yang menyediakan beragam produk dengan nilai paling terjangkau dari jutaan mitra dagang, produsen, dan merek.
Belakangan, aplikasi tersebut santer dibicarakan lantaran model upaya nan diterapkan berbeda dengan beberapa aplikasi lokapasar nan telah mendapat izin beraksi di Indonesia. Menggunakan skema penjualan produk D2C (direct to consumer) alias C2M (consumer to manufacturing), Temu mempertemukan konsumen langsung dengan pabrik produsen.
Tanpa adanya perantara, seperti seller, reseller, dropshipper maupun afiliator, proses jual-beli melalui aplikasi tersebut tentunya menihilkan sistem komisi berjenjang. Model upaya macam itu disebut-sebut dapat merugikan pelaku upaya mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. Hal itu terjadi lantaran UMKM tidak bisa bersaing dengan nilai pasar nan sangat rendah dari barang-barang impor nan dijual di Temu.
Iklan
Menariknya, berasas laman resmi Temu, perihal tersebut malah menjadi salah satu poin kekuatan nan memang aplikasi ini unggulkan. “Pengiriman peralatan langsung dari sumbernya menghilangkan kebutuhan bakal beberapa tahap transportasi dan pergudangan, sehingga mengatasi apa nan sering kali menjadi biaya paling signifikan dan inefisiensi dalam operasi ritel konvensional,” ucap ahli bicara Temu kepada National Public Radio (NPR), dikutip dari laman Britannica Money, Kamis, 10 Oktober 2024.
Sebagai salah satu strategi bisnisnya, platform retail daring itu menawarkan beragam kategori produk dengan jangkauan nan sangat luas. Dari peralatan elektronik, peralatan rumah tangga, busana dan aksesoris, kesehatan dan kecantikan, hingga perlengkapan rumah dan taman, serta mainan dan hobi.
Selain itu, Temu juga menggunakan pengalaman berbelanja gamifikas" untuk meningkatkan keterlibatan dan partisipasi pelanggan, mendorong mereka untuk membagikan platform tersebut di media sosial guna mendapatkan diskon.
Dilansir dari sumber nan sama, Temu sukses memperoleh pendapatan di kisaran nomor US$ 16 miliar dalam satu tahun sejak peluncurannya. Hingga 2024, Temu diperkirakan mempunyai pendapatan tahunan sebesar US$ 341,59 miliar dengan market cap di nomor US$ 202,75 miliar.
Pilihan editor: Satgas Perumahan Prabowo Beri Sinyal Pembentukan Kemenko Infrastruktur dalam Kabinet Baru