TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu ormas keagamaan terbesar di Indonesia, Muhammadiyah, akhir-akhir ini menjadi sorotan masyarakat. Hal ini disebabkan lantaran beragam hal, utamanya soal kebijakan nan diambil oleh organisasi tersebut.
Salah satu kebijakan Muhammadiyah nan baru-baru ini mendapat sorotan adalah ketika Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah tiba-tiba mengumumkan bakal menarik biaya dari PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk. alias BSI.
Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengungkapkan penarikan itu dilakukan lantaran penempatan biaya Muhammadiyah selama ini terlalu banyak berada di BSI. Sementara itu, penyimpanan biaya Muhammadiyah di bank-bank syariah lain tetap sedikit. Kondisi ini, kata Anwar, secara upaya dapat menimbulkan akibat konsentrasi alias concentration risk.
“Bank-bank syariah lain tersebut tidak bisa berkompetisi dengan margin yang ditawarkan oleh BSI, baik dalam perihal penempatan biaya maupun pembiayaan,” ujar Anwar Abbas melalui keterangan tertulis, Rabu, 5 Juni 2024.
Selain itu, Muhammadiyah juga mengkritik pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) untuk ormas keagamaan tanpa proses lelang sebagai perihal nan melanggar aturan. Hal ini menanggapi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2024 tentang perubahan atas PP Nomor 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
Dalam beleid tersebut terdapat patokan baru nan memberikan kesempatan organisasi massa alias ormas keagamaan untuk mempunyai Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK). Meski begitu PP Muhammadiyah belum menentukan sikap mengenai pemberian IUP tersebut.
“Sampai saat ini ketua belum memutuskan dalam rapat pleno ketua mengenai perihal ini,” ujar Ketua Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah, Trisno Raharjo, saat dihubungi, Rabu, 5 Juni 2024.
Lantas, gimana sebenarnya profil Muhammadiyah nan tiba-tiba menarik dananya dari BSI dan menolak bagi-bagi izin tambang bagi ormas tersebut? Simak rangkuman info selengkapnya berikut ini.
Profil Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah aktivitas Islam nan didirikan pada 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912 di Kampung Kauman Yogyakarta. Organisasi ini didirikan oleh seorang kiayi berjulukan Muhammad Darwis nan kemudian dikenal dengan nama K.H Ahmad Dahlan.
Melansir dari laman Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, organisasi ini mengembang misi dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid berasas Islam, dan berasal pada Al Quran serta As Sunnah. Adapun maksud dan tujuan pendiriannya adalah untuk menegakkan dan menjunjjung tinggi kepercayaan Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam nan sebenar-benarnya.
Dakwah amar ma’ruf nahi munkar nan digagas Muhammadiyah untuk perorangan berkarakter pembaharuan, ialah mengembalikan kepada aliran Islam nan asli-murni, sesuai Al Quran dan sunnah, serta bersih dari syirik, bid’ah, dan khurafat.
Iklan
Sedangkan, dakwah kepada masyarakat berkarakter perbaikan alias islah, pemberdayaan, bimbingan, dan peringatan. Adapun untuk seseorang nan belum Islam, dakwah Muhammadiyah berkarakter seruan dan rayuan untuk memeluk Islam.
Adapun kata “Muhammadiyah” secara bahasa berfaedah ”pengikut Nabi Muhammad”. Penggunaan kata “Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan aliran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.
Melansir dari laman resmi Muhammadiyah, keberadaan aktivitas Islam ini pada awal berdirinya tidak lepas dari pendapat pemilikiran dan kebaikan perjuangan Ahmad Dahlan selaku pendiri. Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim nan kedua kalinya pada 1903, Ahmad Dahlan mulai menyemaikan bibit pembaruan di Tanah Air.
Gagasan pembaruan itu diperoleh Ahmad Dahlan setelah belajar kepada sejumlah ustadz Indonesia nan bermukim di Mekkah dan membaca pemikiran para pembaharu Islam seperti Ibn Taimiyah, Jamaluddin Al Afghani, Rasyid Ridha, dan lain sebagainya.
Benih kelahiran Muhammadiyah sebagai organisasi bermulai dari hubungan Ahmad Dahlan dengan kawan-kawannya di Boedi Oetomo, dan saran dari siswanya untuk membikin organisasi, serta usulan nama aktivitas dari Muhammad Sangidu.
Faktor-faktor tersebut selain untuk mengaktualisasikan pendapat pembaruan Ahmad Dahlan, juga untuk praktis-organisatoris guna memayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah nan didirikannya. Sekolah ini adalah kelanjutan dari aktivitas informal Kyai Dahlan dalam memberikan pelajaran kepercayaan Islam dan pengetahuan umum di rumahnya.
Akhirnya, 18 November 1912 ditetapkan sebagai hari didirikannya Muhammadiyah. Organisasi ini lampau mengusulkan pengesahannya pada 20 Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah” alias Anggaran Dasar Muhammadiyah nan pertama tahun 1912. Gerakan Islam ini baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914.
Sejak saat itu, Muhammadiyah berkomitmen untuk memajukan kehidupan umat, bangsa, dan bumi kemanusiaan sebagai bentuk ikhtiar menyebarluaskan Islam nan bermotif rahmatan lil-‘alamin. Misi nan kemudian disebut sebagai misi kerisalahan nan kerahmatan itu diwujudkan Muhammadiyah secara nyata melalui beragam kiprahnya dalam pengembangan kebaikan usaha, program, dan aktivitas nan membawa pada kemaslahatan hidup di bumi dan alambaka seluruh umat manusia.
RADEN PUTRI | ANNISA FEBIOLA | HAN REVANDA PUTRA
Pilihan Editor: Sebelum Aturan Diteken Jokowi, Luhut Sempat Ribut dengan Bahlil soal Izin Tambang untuk Ormas