Ratapan Pencari Suaka Asal Myanmar: Jarang Makan, Cuci Baju di Masjid

Sedang Trending 2 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Muhammad Amin (29), pencari suaka asal Myanmar kebingungan saat sejumlah mobil Satpol PP melintas di depannya, Selasa (2/7). Dari kejauhan, puluhan petugas mendekat.

"Mau dibawa ke mana?" tanya Amin. Bahasa Indonesianya kaku dan terbata-bata.

Pagi itu, petugas Satpol PP membongkar tenda nan didirikan pencari suaka di depan Kantor United Nations High Commisioner For Refugees (UNHCR) di Setiabudi, Jakarta Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Amin dan belasan penduduk negara asing lainnya, diboyong menggunakan mobil milik Ditjen Imigrasi. Tenda-tenda diangkut menggunakan mobil Satpol PP.

Amin baru tiba di Jakarta sembilan bulan lalu. Namun, dia telah menghabiskan nyaris separuh usianya di Indonesia. Amin datang dari negaranya, Myanmar pada 2013 menggunakan kapal laut dan tiba di Aceh.

"Perang di negara saya, bapakku sudah meninggal, saya lari sama teman-teman pakai kapal. Di kapal laut 130 orang banyak nan meninggal juga," kata dia.

Dari Aceh, dia ditempatkan ke Surabaya, Jawa Timur. Lalu ke Makassar, Sulawesi Selatan, kemudian di Jakarta. Ia mengatakan pihak UNHCR sudah melarang pencari suaka untuk membikin tenda dan tinggal di depan kantor.

"Kemarin dibilang tidak boleh di sini, tidak boleh tidur di sini. Kalau kami tidak ada support dari UNHCR, saya mau pergi di mana?" katanya.

Sejak tiba di Jakarta, dia mengaku sudah langsung mendirikan tenda dan tinggal di depan Kantor UNHCR. Untuk makan sehari-hari, dia mengandalkan support dari masyarakat. Tidak jarang, dia tidak makan ketika tidak ada nan memberi makanan.

"Banyak terima kasih sama pemerintah dan masyarakat. Masyarakat jika tidak kasih makan, kami tidak makan. Kemarin Minggu malam saya makan, kemarin saya tidak makan. Tidak ada kasih," ujarnya.

Sementara untuk mandi dan lain-lain, dia menumpang di masjid nan ada di sekitar wilayah itu.

"Kalau mandi di masjid, tidak boleh, kudu sabar. Sembunyi-sembunyi, pelan-pelan, cuci baju terus keluar," katanya.

Sama seperti beberapa pencari suaka lainnya, Amin menuntut UNHCR soal status penempatan ke negara ketiga.

"Saya hanya cari kewenangan saya," katanya.

Sementara itu, Asisstant Protection Officer UNHCR, Hendrik Therik mengaku bakal berkoordinasi dengan Ditjen Imigrasi soal penertiban pencari suaka itu. Ia meminta para pencari suaka untuk mematuhi patokan lantaran tindakan mendirikan tenda di akomodasi publik melanggar peraturan daerah.

"Tentunya bermalam disini bukan adalah sebuah pelanggaran dari Perda. Jadi kami berterima kasih kembali kepada pemerintah wilayah nan sudah menegaķkan peraturan daerah," katanya.

Di sisi lain, dia mengatakan ada sistem di UNHCR nan kudu ditempuh jika para pencari suaka mau memohon sesuatu.

"Tentunya mereka punya banyak alasan, punya banyak permohonan. tidak semua permohonan bisa terpenuhi. Dan mereka punya ekspektasi diatas jasa nan mereka harapkan. Dan mereka merasa dengan bermalam mereka bisa menuntut," katanya.

(yoa/DAL)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional