Respon WWF ke-10 di Bali, Walhi Ingatkan Potensi Rusaknya Subak oleh Proyek Infrakstruktur

Sedang Trending 4 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Denpasar - Direktur Wahana Lingkungah Hidup (Walhi) Bali Made Krisna Dinata mengatakan di Pulau Dewata tersebut banyak pembangunan prasarana nan mendegradasi apalagi menghilangan subak atau sistem irigasi tradisional air unik Bali. Ia mencontohkan kebijakan pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi sepanjang 96,21 Km bakal menerabas 480,54 hektare sawah produktif dan 98 wilayah Subak nan ada di sepanjang wilayah tersebut.

Pembangunan pelabuhan terintegrasi Sangsit di bangun di Bali Utara juga bakal menerabas sawah seluas 26.193 meter persegi nan tentu menakut-nakuti 4 subak di wilayah tersebut. Ada juga, menurut dia, proyek Pusat Kebudayaan Bali di Bali Timur nan juga telah mengorbankan lahan persawahan hingga 9,38 hektar dan menyebabkan subak Gunaksa terdampak.

"Proyek-proyek tersebut justru menakut-nakuti water security and prosperity (keamanan dan kemakmuran air) nan tentunya bakal berakibat pada peruntukan pertanian tanaman pangan hingga degradasi budaya dan hilangnya subak nan ada di tapak proyek tersebut,” tutur Krisna dalam keterangan tertulis, menanggapi perhelatan akbar Konferensi Tingkat Tinggi World Water Forum alias WWF, Ahad, 19 Mei 2024.

Subak dengan kegunaan hidrologisnya merupakan tampungan alami bagi air. Setiap hektarnya bisa menampung air sebanyak 3000 ton jika air tingginya 7 cm. Apabila subak terus berkurang dan habis, maka secara langsung Bali bakal mudah diterpa bencana,banjir.

Krisna juga menyoroti masifnya alih kegunaan lahan akibat pembangunan akomodasi parawisata nan tentu sangat banyak mengkonsumsi air dalam aktivitas operasionalnya. Pembangunan hotel dan sarana akomodasi pariwisata lainnya banget meningkat tajam apalagi hingga dua sampai tiga kali lipat.

Data Badan Pusat Statistik menunjukan pada 2000 jumlah hotel bintang sebanyak 113 dan pada 2023 menjadi 541. Jumlah kamarnya otomatis juga melonjak. Jika pada 2000 berjumlah 19.529, meningkat tajam menjadi 54.184 di 2023.

Angka tersebut, ujar dia, menunjukan pertumbuhan nan banget signifikan. Beberapa master menyebut Bali telah overtourism bahkan overbuild. “Banyak penelitian mengungkapkan bahwa akomodasi paraiwisata adalah satu industri nan rakus bakal air, nan mana dalam beberapa penelitian menyebut jika satu bilik hotel memebutuhkan 800 liter/kamar/hari, sangat jauh lebih banyak daripada kebutuhan rumah tangga,” kata dia..

Ia menilai pembangunan prasarana nan menyebabkan alih kegunaan lahan dan mengurangi jumlah subak merupakan perihal nyata nan mengantarkan Bali pada krisis air. Terlebih banyak temuan bahwa akomodasi pariwisata lebih banyak menggunakan air bawah tanah (ABT) ditambah dengan peruntukan area hijau nan hingga sekarang tidak memenuhi kriteria sebanyak 30 persen sesuai luas wilayah dalam ketentuan peraturannya.

Iklan

"Sehingga kami mendesak pemangku kebijakan untuk menghentikan segala corak pembangunan nan ekstraktif dan memperparah keadaan lingkungan nan menakut-nakuti kesiapan air dan nan menakut-nakuti subak,” kata dia.

Sementara itu Presiden Joko Widodo telah bertolak menuju Provinsi Bali untuk menghadiri aktivitas berskala internasional tersebut. Biro Pers Sekretariat Presiden di Jakarta menginformasikan Presiden berangkat pada pukul 13.40 WIB menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1.

Dilansir dari Antara, agenda Konferensi Tingkat Tinggi WWF Ke-10 diawali dengan jamuan santap malam bagi para pemimpin dan delegasi di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK), Kabupaten Badung.

Presiden Jokowi bakal menghadiri seremonial pembukaan WWF pada Senin besok bertempat di Bali Internasional Convention Center (BICC). Agenda tersebut juga dirangkai dengan pertemuan tingkat tinggi, jamuan makan siang berbareng para ketua negara, rapat bilateral, serta kunjungan menuju Taman Hutan Rakyat Mangrove.

WWFBali pada 18--25 Mei ini konsentrasi membahas empat hal, ialah konservasi air (water conservation), air bersih dan sanitasi (clean water and sanitation), ketahanan pangan dan energi (food and energy security), serta mitigasi musibah alam (mitigation of natural disasters).

Sebanyak 244 sesi pembahasan mengenai air dalam WWF diharapkan dapat memberikan hasil konkret mengenai pengelolaan air secara global.

Pilihan Editor: Pembukaan World Water Forum Ke-10 Digelar di KEK Kura-kura Bali

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis