TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah tetap melemah di hadapan dolar AS belakangan ini. Hal tersebut pun ditengari bakal berkapak pada naiknya nilai material, termasuk material untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara alias IKN. Lantas, gimana dampaknya terhadap pembiayaan proyek tersebut?
Pelaksana Tugas Kepala Otorita IKN Basuki Hadimuljono tidak mengatakan secara gamblang bahwa anggaran pembangunan IKN bakal membengkak gara-gara perihal tersebut. Ia hanya menyebut bahwa perihal tersebut berkarakter situasional.
“Dulu pas pandemi juga membengkak,” kata Basuki ketika ditemui di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Jumat, 21 Juni 2024. “Situasional. Makanya, Bu Menkeu (Menteri Keuangan Sri Mulyani) selalu bilang bahwa instrumen kita APBN (anggaran pendapatan dan shopping negara).”
Lebih lanjutu, Basuki mengatakan akibat pelemahan rupiah ini tidak hanya terjadi pada IKN, tetapi juga sektor lain. Karena itu, dia berujar, Presiden Jokowi bakal menggelar Sidang Kabinet Paripurna untuk membahas kondisi ekonomi saat ini pada Senin mendatang.
Menjelang akhir pekan ini, dolar AS tetap bertengger di atas Rp 16 ribu. Rupiah melemah 20 poin menjadi Rp 16.450 per dolar AS dalam perdagangan Jumat, 21 Juni 2024.
Analis pasar sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyebut pelemahan rupiah sebagai anomali. Pasalnya, hingga Mei 2024, Indonesia tetap mencatatkan surplus neraca perdagangan nan cukup baik.
“Sebenarnya rupiah tidak perlu mengalami pelemahan nan panjang jika pasokan dolar dari surplus neraca perdagangan mengalir ke pasar,” kata Ibrahim melalui keterangan tertulis, Jumat, 21 Juni 2024.
Ibrahim pun mengatakan pemerintah dan Bank Indonesia mestinya menjaga stabilitas rupiah dengan pedoman kekuatan esensial perekonomian Indonesia. “Hal itu, ialah surplus neraca perdagangan, bukan intervensi kurs asing (valas) dengan persediaan devisa nan terbatas alias meningkatkan suku kembang domestik,” tuturnya.
Pilihan Editor: Zulhas Sebut Harga MinyaKita Bakal Naik Minggu Depan