Satgas Impor Ilegal Mulai Bekerja, IPKB Sebut Nasib Industri Belum Membaik

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Ikatan Pengusaha Konveksi Berkarya (IPKB) Nandi Herdiaman mengungkapkan 20 persen industri mini dan menengah (IKM) anggotanya sekarang telah gulung tikar. Hal ini disebabkan mereka tetap kesulitan mendapatkan pesanan meski pemerintah telah berupaya memberantas impor ilegal. “Belum ada kenaikan (setelah pemberantasan impor ilegal), malah ada nan 20 persen udah pada tutup,” kata Nandi saat dihubungi Tempo, Senin, 26 Agustus 2024.

Penutupan upaya ini melanjutkan tren senjakala industri tekstil dan produk tekstil yng telah terjadi beberapa waktu belakangan. Nandi mengatakan, sebelumnya 70 persen pelaku upaya personil IPKB telah mengurangu produksi imbas kebijakan relaksasi impor. Asosiasi itu sendiri beranggotakan sekitar 600 pelaku usaha.

Nandi menuturkan, IKM nan paling utama menutup usahanya adalah industri ritel. Hal ini disebabkan nasib mereka tak kunjung membaik seiring upaya pemerintah memberantas impor ilegal. nan tetap berjalan, kata dia, sejumlah 30 persen adalan industri nan mengerjakan pesanan seragam.

Akibat penutupan itu, sekarang jumlah para pekerja nan dirumahkan bertambah. Di bumi konveksi, kata Nandi, tak ada PHK, nan ada dirumahkan. Menurut dia, setiap upaya nan tutup itu rata-rata beranggotakan 60 sampai dengan 80 pekerja. “Teman-teman untuk dapat order tetap tetap sulit,” kata dia.

Sejak dibentuk satu bulan silam, Satgas telah tiga kali mengadakan ekspose. Satgas pertama kali mengekspose temuan peralatan impor terlarangan di Cengkareng, Jakarta Utara. Ekspose kedua dilakukan di Tempat Penimbunan Pabean Cikarang, Kabupaten Bekasi. Ketiga kalinya, Satgas memusnahkan temuan peralatan impor terlarangan di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas sebelumnya mengumpamakan impor terlarangan nan masuk dalam underground economy alias ekonomi bawah tanah seperti kuman. Musababnya, setelah Satgas Impor Ilegal memberantasnya, ekonomi bawah tanah itu justru menjadi semakin kuat. “Selesai Satgas tambah kuat dia, tambah canggih. Bukan hilang. Dimatikan tambah kuat lagi,” kata Zulhas saat membuka Forum Koordinasi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perdagangan Pusat dan Daerah di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Rabu, 21 Agustus 2024.

Iklan

Zulhas menjelaskan, modus importasi terlarangan terus berkembang menjadi semakin canggih. Dia mencontohkan ketika gerai-gerai tutup akibat penindakan Satgas, para importir terlarangan membuka gerai secara online. Barang-barang impor terlarangan itu mereka simpan di dalam warehouse. Namun, warehouse itu beraksi tanpa bayar pajak.

Menurut Zulhas, mereka bermarkas di sejumlah pertokoan besar, seperti di Tanah Abang dan Mangga Dua. Dia mengatakan peningkatan kapabilitas krusial untuk memberantas modus-modus importasi terlarangan nan terus berkembang ini. “Sambil kita membenahi sistemnya. Diperbaiki, dibenahi, tetapi ada penegak norma nan tegas,” kata Zulhas.

Untuk menyelidiki perihal nan sebetulnya terjadi, Zulhas menyatakan pihaknya tengah mengkaji perkembangan modus impor terlarangan ini melalui riset. Dalam pekerjaan itu, dia menggandeng para akademisi dari Universitas Indonesia. Setelah riset itu selesai, dia berambisi ada terobosan untuk menertibkan underground economy.

Pilihan editor: Penjelasan Lengkap Bos Vale soal Tuduhan Praktik Dirty Nickel di RI

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis