Serikat Demokrasi Rakyat Menduga Ada Korupsi Impor Beras Bulog

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Ditemui Tempo di sebuah warung kopi di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Hari Puwanto membawa sebundel dokumen. Direktur Eksekutif Serikat Demokrasi Rakyat (SDR) itu menyebut arsip nan serupa pernah dia serahkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rabu, 3 Juli 2024 lalu. 

Dokumen itu berisi laporan soal dugaan penggelembungan nilai (mark up) beras impor Perusahaan Umum Badan Usaha Logistik (Perum Bulog) dari Vietnam dan denda demurrage sebesar Rp 294,5 miliar.

Hari bercerita, kecurigaannya menyeruak ketika Badan Pusat Statistik (BPS) merilis info impor beras periode Maret 2024 pada Senin, 22 April 2024. Bulan itu, Bulog mengimpor 567,22 ribu ton alias senilai US$ 371,60 juta. Angka ini naik 921,51 persen secara tahunan (yoy) dan 29,29 persen secara bulanan (mtm). Artinya, Bulog mengimpor beras seharga US$ 655 per metrik ton. 

Menurut Hari, nomor itu berbeda dengan arsip nan dia punya. “Dari situ kami berangkat,” kata dia, Rabu, 24 Juli 2024.

Kepada Tempo, Hari menunjukkan arsip penawaran nilai itu. Berkepala Tan Long Group, perusahaan agribisnis kondang Vietnam, surat itu ditandatangani oleh General Director TLG, Truong Sy Ba—lengkap dengan cap perusahaan bertinta merah. Alamat tujuannya telah dicoret-coret. 

“Ini saya tutup,” kata Hari, menunjuk coretan itu. Hanya terbaca “Jakarta, Indonesia” dalam surat nan juga tak mencantumkan tanggal itu. Hari menyatakan surat itu ditujukan kepada Bulog.

Surat itu memuat penawaran ekspor sejumlah 100 ribu ton beras untuk periode pengiriman Juli dan Agustus 2024. Harganya, masing-masing US$ 538 per metrik ton untuk model free on board (FOB) dan US$ 573 per metrik ton untuk cost, insurance, and freight (CIF). 

Beras nan bakal diimpor TLG adalah beras nan disimpan tak lebih dari tiga bulan di gudang. Syarat dan ketentuan impor bakal dijelaskan lebih lanjut di dalam kontrak. Bila memerlukan penjelasan alias hendak memulai negosiasi, si penerima surat dipersilakan menghubungi perusahaan.

Iklan

Hari lantas mengambil nomor US$ 573 per metrik ton sebagai nilai jual asli. Membandingkan nilai itu dengan realisasi impor pada Maret 2024 sebesar US$ 655 per metrik ton, dia menyatakan menemukan selisih nilai sebesar US$ 82 per metrik ton. Dia kemudian mengalikan nomor itu dengan realisasi impor Januari sampai Mei 2024, ialah sebesar 2,2 juta ton. Walhasil, dia menduga ada selisih sebesar US$ 180,4 juta alias Rp 2,7 trilyun—dengan kurs Rp 15.000 per US$ 1.

Ihwal besar selisih nilai sebenarnya, Hari mengakui nomor perhitungannya bisa meleset. Sebab, impor sepanjang paruh pertama tahun ini tan hanya berasal dari Vietnam. Pada Maret 2024, impor beras sebesar 286,26 ribu ton berasal dari Vietnam, 142,65 ribu ton dari Thailand, 76,61 ribu ton dari Myanmar, 61,57 ribu ton dari Pakistan, dan 100 ton dari India. Namun, perihal ini tak mengurungkan laporannya. Sebab, dia menyatakan nilai TLG jauh lebih rendah dari perusahaan-perusahaan lain.

Ketika dikonfirmasi, Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi mengaku tak mengetahui ihwal surat tersebut. “Terkait arsip penawaran Tan Long Group, kami belum pernah menerima arsip dimaksud, baik melalui email maupun ekspedisi alias jasa kirim,” kata Bayu saat dihubungi Tempo, Kamis, 1 Agustus 2024.

Dalam sebuah keterangan pers, Bulog pernah mengutip media Vietnam, CAFEF, nan memuat pernyataan Truong Sy Ba. CEO TLG itu membantah pernah memenangi tender Bulog. Dia mengakui sempat mengusulkan tawaran informal ke Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, tapi urung lantaran nilai mereka terlampau tinggi.

“Sejak 2023 hingga sekarang, kami hanya memenangkan satu paket beras sebanyak 30 ribu ton melalui Posco (Korea Selatan),” kata Truong Sy Ba, dikutip dari CAFEF, 8 Juli 2024.

Pilihan Editor: Edisi Khusus 10 Tahun Jokowi: Pekerja Celaka lantaran UU Cipta Kerja

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis