TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Timah Ahmad Dani Virsal mengatakan pihaknya menyetorkan penerima negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 888 miliar ke kas negara pada 2023. “Kontribusi PT Timah kepada negara melalui PNBP mencapai Rp 888 miliar alias turun 41,6 persen dari tahun sebelumnya Rp1,5 triliun,” katanya saat RDP dengan Komisi VI DPR nan dilansir dari laman Youtube Komisi VI DPR RI Channel di Jakarta, Senin, 3 Juni 2024.
Sementara itu, kontribusi di sektor pajak pada 2023 nan sebesar Rp430 miliar juga menurun 31 persen dibanding tahun sebelumnya nan mencapai Rp625 miliar lantaran rendahnya setoran PPN dan PPh 23 seiring dengan menurunnya produksi.
Ahmad menjelaskan keahlian operasi PT Timah pada tahun 2023, di mana produksi bijih timah mencapai 14.855 ton. Namun, jika dibandingkan tahun sebelumnya nan berproduksi hingga 20.079 ton, mengalami penurunan sebesar 26 persen. “Begitu pula produksi logam timah sebesar 15.340 metrik ton (MT), turun 23 persen dibandingkan 2022 ialah 19.825 MT,” jelasnya.
Dia menerangkan, penurunan keahlian produksi berakibat pada penjualan logam timah. Pada 2023 volume penjualan logam sebesar 14.385 MT, turun 31 persen dari tahun 2022 ialah 20.805 MT.
Secara tahunan, lanjutnya, nilai rata-rata logam timah settlement di London Metal Exchange (LME) pada tahun 2023 turun 16,8 persen yoy menjadi 25.999 dolar AS per ton. Sedangkan nilai per tiga bulan turun 16,2 persen yoy menjadi 25.936 dolar AS per ton.
“Sejalan dengan penurunan nilai logam timah di LME, perolehan nilai jual rata-rata logam timah perusahaan pada 2023 tercatat 26.585 dolar AS per ton. Harga tersebut turun 16 persen dibandingkan tahun 2022 nan sempat mencapai nilai tertinggi ialah 31.474 dolar AS per ton,” ujar Ahmad.
Iklan
Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi bumi pada semester I tahun 2023 membikin permintaan timah bumi untuk keperluan logam industri juga terus mengalami penurunan.
Di sisi lain, banyaknya pasokan timah ke penyimpanan LME membikin nilai logam timah bumi berada di bawah tekanan. PT Timah membukukan pendapatan sebesar Rp 8,4 triliun di tahun 2023.
Adanya penurunan volume penjualan sebesar 6.420 MT dan penurunan nilai jual rata-rata logam timah sebesar 4.891 per MT berakibat pada penurunan pendapatan perusahaan sebesar Rp4,1 triliun alias sebesar 33 persen.
Ahmad menambahkan, berkurangnya volume produksi dan penjualan sesuai sasaran nan ditetapkan diikuti pula oleh penurunan nilai serta struktur biaya nan berkarakter peak dan semi variable. Kondisi ini menyebabkan perusahaan membukukan kerugian pada tahun melangkah sebesar Rp449,7 miliar “Penurunan ebitda sejalan dengan penurunan untung perseroan. Ebitda di tahun 2023 sebesar Rp684 miliar alias turun 71 persen dari tahun sebelumnya,” katanya.