TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi menjelaskan duduk perkara banyak produksi susu dalam negeri tak terserap. Kasus ini telah memicu adanya protes para petani dan pengepul di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Budi Arie menjelaskan, kasus tak terserapnya susu produsen dalam negeri di Pasuruan disebabkan adanya hambatan dalam penyaluran susu. Koperasi mendapati IPS pada periode tertentu menghentikan penerimaan suplai susu dari koperasi dengan argumen sedang dilakukan pemeliharaan mesin.
Pada periode tersebut, IPS diduga menambah impor susu skim lantaran nilai susu impor bumi sedang mengalami penurunan. Pemberhentian penerimaan susu, kata dia, juga terjadi pada hari-hari raya di Indonesia.
Dalam kondisi ini, koperasi kudu menahan susu dari personil dengan jumlah mencapai 100 ton per hari. Adapun periode pemberhentian penerimaan susu dari IPS berkisar antara 7 hingga 10 hari.
“Koperasi mengalami kesulitan dalam menyalurkan susu nan sudah terkumpul per harinya, sementara koperasi tetap kudu menerima setoran susu dari anggota,” ujar Budi Arie dalam bertemu pers di Kementerian Koperasi, Jakarta, Senin, 11 November 2024.
Kasus nan sama terjadi di Kabupaten Boyolali. Di sana, masalah tak hanya menimpa koperasi, tapi juga Usaha Dagang (UD) dan pengepul susu. Ada total 50 ribu liter alias sekitar Rp400 juta dengan dugaan nilai Rp8.000 per liter susu tak terserap IPS. Per hari, Budi mencatat susu di Boyolali nan tidak terserap ke pabrik mencapai 30 ton.
Menurut Budi Arie, perihal ini disebabkan kondisi IPS sedang membatasi jumlah kuota susu dari produk lokal. Pembatasan ini sudah terjadi sekitar dua peman terakhir. Salah satu koperasi nan terdampak adalah KUD Mojosongo nan merupakan koperasi produksi susu terbesar di Boyolali.
KUD Mojosongo mempunyai personil 4.200 orang. Dari jumlah itu, personil nan menyuplai susu segar hanya 1.700 orang. Saat ini, produksi susu segar KUD Mojosongo sebesar 161 ton per pekan dialokasikan ke IPS Frisian Flag sebanyak 75 ton per pekan, Freshland 45 ton per pekan, dan Diamond 30 ton per pekan. Budi Arie mencatat, 5 ton susu per hari di Boyolali akhirnya terbuang.
“Harapannya adalah selama ini 20 persen produksi susu nasional nan terserap itu kembali direalisasikan dan untuk keterlibatan dalam program Makan Bergizi Gratis,” kata dia.