Jakarta, CNN Indonesia --
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Hari Ulang Tahun Ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia dilaksanakan di laman Istana Negara, Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Sabtu (17/8).
Langit cerah di atas IKN menjadi saksi peristiwa monumental ini.
Dengan tema 'Nusantara Baru Indonesia Maju', seremoni itu tak hanya menandai kepindahan pusat pemerintahan, tapi juga memperlihatkan hasil dari upaya Indonesia menjalankan transisi daya selama satu dasawarsa terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di era Presiden Joko Widodo (Jokowi), Indonesia mulai serius melangkah menuju transisi energi. Sumber daya daya fosil nan selama ini menjadi jagoan perlahan ditinggalkan, digantikan oleh sumber daya baru terbarukan (EBT) nan lebih ramah lingkungan.
Pada Konferensi Iklim COP28 di Dubai beberapa waktu lalu, Jokowi menyatakan bahwa Indonesia telah mempercepat ambisi transisi daya tersebut antara lain dengan memanfaatkan daya surya, angin, air, panas bumi, dan arus laut selain mempercepat pengembangan biodiesel, bioetanol, dan bioavtur.
"Antara tahun 2020 [hingga] tahun 2022, Indonesia sukses menurunkan emisi karbon sebesar 42 persen dibandingkan dengan perencanaan business as usual tahun 2015," ujarnya.
Sejak meratifikasi Perjanjian Paris pada 2015, Indonesia menempatkan transisi daya di garis depan prioritas nasionalnya. Dengan menerapkan beragam kebijakan, Indonesia memulai langkah besar menuju masa depan daya baru dan terbarukan (EBT).
Dalam Kebijakan Energi Nasional, pemerintah menargetkan bauran daya nan ambisius, EBT mencapai minimal 23% pada 2025 dan 31% pada 2050, serta pengurangan minyak bumi dan batu bara secara signifikan.
Melalui Perpres Nomor 112 Tahun 2022, percepatan pengembangan daya terbarukan dikejar dengan beragam strategi. Salah satu langkahnya adalah penutupan berjenjang PLTU batu bara dan pengadopsian teknologi co-firing, mencampur batu bara dengan biomassa dari perkebunan sawit.
Indonesia juga bergerak ke depan dengan membangun jaringan listrik super grid dan smart grid, menghubungkan kelistrikan antarpulau untuk pengedaran daya bersih nan efisien.
Dua inisiatif besar, Energy Transition Mechanism (ETM) dan Just Energy Transition Partnership (JETP), menunjukkan langkah konkret Indonesia di panggung internasional.
Menerangi Nusantara
IKN menjadi contoh komitmen pemerintah dalam transisi daya ke EBT. Kota nan dirancang sebagai smart forest city pertama di Indonesia nan mengandalkan daya bersih untuk semua aktivitasnya.
Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, memastikan bahwa pihaknya berkomitmen untuk terus mendukung upaya pemerintah dalam membangun IKN dengan konsep forest city nan pintar, bagus dan ramah lingkungan. Selain memanfaatkan tenaga surya, PLN bakal memanfaatkan potensi hidro seperti sungai dan waduk nan ada di sekitar IKN.
"Kami all-out mendukung prasarana kelistrikan hijau di IKN. Ini bakal menjadi Ibu Kota terbaik di mana semuanya bakal berbasis state of the art of technology, sumber daya bersih untuk IKN didukung teknologi pandai berbasis Artificial Intelligence (AI) nan paling mutakhir dan bagus secara estetika," katanya dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.
Perjalanan Indonesia dalam mewujudkan visi swasembada daya tentunya tidak bisa dilakukan dalam sektor ketenagalistrikan saja. Di sektor bahan bakar minyak (BBM), PT Pertamina (Persero) terus menggenjot produksi bahan bakar hijau namalain biofuel.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, menyebut Pertamina telah mengimplementasikan inisiatif biodiesel sejak 2010 dan sukses memproduksi biodiesel B35 nan efektif menyubstitusi impor solar.
"Sejak April 2019, Pertamina telah berakhir mengimpor solar dan avtur. Penggunaan B35 juga berkontribusi signifikan dalam menurunkan emisi CO2, mencapai pengurangan hingga 32,7 juta ton pada tahun 2023," ucapnya dalam keterangan tertulis, Rabu (16/10).
Ia melanjutkan, salah satu kelebihan biodiesel adalah kemudahan dalam proses blending, alias pencampuran antara bahan bakar fosil dan biodiesel. Proses ini dapat dilakukan di terminal akhir, dan dengan lebih dari 1.000 fuel terminal nan dimiliki oleh Pertamina di seluruh Indonesia.
Alhasil, melalui proses blending terbuka kesempatan besar untuk pembangunan pabrik bioethanol. Langkah ini diharapkan bakal meningkatkan ekonomi lokal dan menciptakan lapangan kerja baru.
Nicke juga menyampaikan bahwa kesuksesan penerapan biodiesel bakal menjadi model untuk produk gasoline, di mana Pertamina telah memulai dengan produk biofuel E5.
"Kami telah meluncurkan biofuel E5 di beberapa wilayah di Jawa, termasuk Jawa Timur, dan bakal meningkat secara bertahap," sebut dia.
Kemandirian Energi
Penggunaan daya surya dan sumber terbarukan lainnya di IKN sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto untuk memberdayakan potensi sumber daya alam Indonesia, seperti nan juga diuraikan dalam pidatonya di Sidang Paripurna MPR. Pada momen tersebut, dia menegaskan pentingnya kemandirian dalam bagian energi.
Di tengah ketidakpastian global, ketegangan geopolitik, dan ancaman perang nan mengintai, dia menilai Indonesia kudu siap menghadapi segala kemungkinan terburuk, termasuk kemungkinan sulitnya mendapatkan pasokan daya dari luar negeri.
Oleh lantaran itu, swasembada daya menjadi prioritas utama untuk memastikan keberlanjutan dan ketahanan bangsa.
"Kita diberi karunia oleh Tuhan, tanaman-tanaman nan membikin kita bisa tidak tergantung dengan bangsa lain," ujarnya merujuk pada kekayaan alam nan melimpah di Indonesia, termasuk tanaman-tanaman seperti kelapa sawit, tebu, singkong, sagu, dan jagung.
Menurutnya, tanaman-tanaman tersebut mempunyai potensi luar biasa untuk menghasilkan bahan bakar seperti solar dan bensin nan ramah lingkungan. Di bawah kepemimpinannya, Prabowo berkomitmen untuk mengolah potensi besar ini agar Indonesia tidak lagi berjuntai pada impor energi.
Namun, komitmen swasembada daya ini bukan hanya terbatas pada sumber daya dari pertanian. Indonesia juga mempunyai daya bawah tanah nan melimpah, seperti geothermal, batu bara, serta potensi daya air nan sangat besar.
Sebagai salah satu contoh, Ia menyebut bahwa Indonesia mempunyai sumber air nan cukup, dan dengan teknologi nan ada, air dapat dikelola dengan lebih baik dan murah untuk memenuhi kebutuhan rakyat.
"Oleh lantaran itu kita kudu swasembada daya dan kita bisa untuk swasembada energi," tegas dia.
Menanggapi perihal tersebut, Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, menilai bahwa pidato tersebut bukan hanya menegaskan arah kebijakan baru, tetapi juga mencerminkan kesiapan Indonesia untuk mengikuti tren dunia dalam pengembangan daya terbarukan.
"Pesan Pak Prabowo jelas dan tegas bahwa kudu ada upaya memanfaatkan keberlimpahan sumber daya alam di Indonesia untuk pengembangan sumber daya terbarukan dan bahan bakar alternatif," katanya seperti dikutip dari ANTARANews, Minggu (20/10).
Menurutnya, pesan Prabowo tersebut sejalan dengan tren dunia menuju daya bersih, nan dipicu oleh tekanan bumi internasional untuk menanggulangi krisis iklim. Indonesia, sebagai negara dengan sumber daya alam nan melimpah, mempunyai kesempatan besar untuk menjadi pemain kunci dalam transisi daya global.
Hal ini bukan hanya krusial bagi gambaran internasional Indonesia, tetapi juga bagi masa depan rakyat Indonesia nan berkuasa mendapatkan udara bersih dan lingkungan nan lestari.
Eddy pun menekankan MPR RI juga berkomitmen untuk mendorong percepatan transisi energi, nan juga merupakan salah satu sasaran dari Sustainable Development Goals (SDGs). Kebijakan daya bersih, tindakan iklim, dan pengembangan kota serta organisasi berkepanjangan adalah agenda utama dalam mewujudkan masa depan nan lebih baik bagi semua.
"Isu lingkungan, daya bersih, dan kewenangan penduduk negara nan dijamin konstitusi untuk mendapatkan udara bersih bakal terus kami dorong," tambahnya.
(ory)