WHO Sebut Cacar Monyet bukan Covid Baru, Tak Perlu Vaksinasi Massal

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan cacar monyet (monkey pox/Mpox) bukan lah COVID baru meskipun menyebutnya sebagai darurat kesehatan nan perlu menjadi perhatian internasional.

"Mpox bukanlah COVID baru, terlepas dari apakah itu cacar Clade I, nan menjadi penyebab pandemi nan sedang berjalan di Afrika Timur dan Tengah, alias cacar Clade II, nan memicu pandemi tahun 2022 nan awalnya berakibat di Eropa dan terus menyebar di sana," kata Direktur Regional WHO untuk Eropa Hans Kluge, Senin, 19 Agustus 2024.

"Berdasarkan apa nan kami ketahui, Mpox terutama menular melalui kontak kulit ke kulit dengan lesi, termasuk saat berasosiasi seks."

Menurut WHO, salah satu tujuan Pernyataan Darurat Kesehatan Global adalah agar semua negara waspada dan siap jika ada kasus cacar monyet nan masuk ke wilayah mereka.

"Kami tahu langkah mengendalikan Mpox, termasuk di area Eropa, mengenai langkah-langkah nan diperlukan untuk memberantas penularannya," ujar Kluge.

WHO mengatakan di situs resminya bahwa dari kasus nan dikonfirmasi di wilayah Afrika pada 2024, sebanyak 95 persen dilaporkan di Republik Demokratik Kongo, nan sedang mencatat peningkatan kasus Mpox.

Ada lebih dari 15.000 kasus nan sesuai secara klinis dan lebih dari 500 kematian dilaporkan, nan sudah melampaui jumlah kasus di Republik Demokratik Kongo pada 2023.

Tahun ini, kasus Mpox, nan mengenai dengan satu jenis Mpox, telah dilaporkan di Republik Afrika Tengah dan Republik Kongo, sementara kasus nan mengenai dengan jenis lain telah dilaporkan di Kamerun, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, dan Afrika Selatan.

Pada 15 Agustus lalu, Swedia menjadi negara pertama di luar benua Afrika nan melaporkan jenis Mpox Clade 1b pada perseorangan dengan riwayat perjalanan ke Afrika tengah.

Kluge mengatakan wilayah Eropa sekarang mencatat sekitar 100 kasus Mpox baru setiap bulan.

"Meski siapa pun dapat tertular Mpox, tidak semua orang mempunyai akibat nan sama," katanya.

"Orang-orang nan berinteraksi erat dengan seseorang nan menularkan penyakit, termasuk melalui hubungan seksual, mempunyai akibat lebih besar untuk terinfeksi, terutama pasangan seksual. Namun, personil rumah tangga dan petugas kesehatan juga berpotensi tertular," ujar Kluge, menambahkan.

Tidak Perlu Vaksinasi Massal

Meski terjadi peningkatan kasus, WHO merekomendasikan vaksinasi terarah dalam upaya melawan cacar jenis Mpox, alih-alih vaksinasi massal di wilayah di mana virus tersebut terdeteksi. Alasannya, lantaran menghentikan penyebaran Mpox lebih mudah daripada menangani COVID-19.

“Vaksinasi massal tidak direkomendasikan; ini sangat penting. Vaksinasi kudu betul-betul terarah di tempat di mana virus menyebar,” kata ahli bicara WHO Margaret Harris dalam wawancara eksklusif dengan Anadolu.

Dia mencatat bahwa penyebaran sigap virus ini telah menarik perhatian dunia dan mengatakan bahwa virus mpox mempunyai dua jenis genetik: Clade 1 dan Clade 2.

Harris menyatakan keprihatinan atas jenis baru virus ini, Clade 1b, nan muncul tahun lalu, dengan mengatakan, “Inilah nan kami khawatirkan lantaran virus ini menyebar sangat cepat. Ini juga mempunyai tingkat kematian nan cukup tinggi, terutama di kalangan anak-anak.”

Dengan menekankan bahwa salah satu kekhawatiran utama adalah penyebaran virus nan cepat, dia mengatakan bahwa virus ini menyebabkan lebih banyak kasus pada 2024 dibandingkan dengan 2023, dan bahwa tahun lampau telah mencatat lebih banyak kasus Mpox daripada sebelumnya.

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa untuk sementara jumlah kasus mpox meningkat di bagian timur Republik Demokratik Kongo. Virus tersebut juga menyebar ke Burundi, Rwanda, Uganda, dan Kenya.

“Kami memandang tingkat kematian nan lebih tinggi, sekitar 3 persen dan di golongan nan sangat rentan, seperti anak-anak kecil, lebih tinggi dari itu," katanya.

"Kami sangat cemas tentang dampaknya terhadap anak-anak kecil. Sekarang krusial untuk memahami bahwa populasi nan terkena akibat penyebaran ini adalah orang-orang nan terlantar akibat konflik. Mereka berada dalam situasi nan sangat genting,” katanya.

Iklan

Menunjukkan bahwa orang dengan jangkitan cacar dan HIV lebih mungkin mengalami corak Mpox nan lebih parah, Harris mengatakan bahwa mereka mempunyai akibat kematian nan lebih tinggi.

Dia mencatat bahwa tidak ada pengobatan unik untuk virus mpox dan tidak ada obat antivirus untuk melawannya, tetapi pengobatan simptomatik efektif.

Berikutnya: Ciri Terkena Mpox dan Cara Mengatasinya

  • 1
  • 2
  • Selanjutnya

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis