TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan namalain Zulhas melepas ekspor 160 ton baja dari jenis nexalume, nexium, dan nexcolor oleh PT Tata Metal Lestari di Plant Sadang, Purwakarta, Jawa Barat, Jumat, 21 Juni 2024. Ekspor senilai US$ 195 ribu dikirim dengan negara tujuan Australia, Kanada, dan Puerto Rico.
“PT Tata Metal merupakan salah satu perusahaan kontributor terhadap surplus neraca perdagangan selama 49 bulan berturut-turut,” ujar Zulhas ketika memberi sambutan dalam aktivitas itu. Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 mencatat surplus sebesar US$ 2,93 miliar alias sekitar Rp47,9 triliun. Surplus terjadi 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
PT Tata Metal Lestari di Sadang ini merupakan salah satu pabrik Tata Logam Group nan diresmikan pada Oktober 2023. Ekspor produk baja ke Australia, Kanada, dan Puerto Rico ini merupakan ekspor pertama bagi PT Tata Metal Lestari di letak produksi Sadang. “Selain memberikan nilai tambah, ekspor juga menyerap banyak tenaga kerja," kata Zulhas.
Kemendag, kata dia, bakal terus mendorong pembukaan akses pasar produk Indonesia ke negara mitra dagang. Akses itu bisa melalui pameran jual beli internasional, misi dagang, alias perjanjian jual beli baik Free Trade Agreement (FTA), Preferential Trade Agreement (PTA), maupun Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).
Ia mengatakan senang salah satu ekspor itu menyasar Australia. Sebab, Indonesia telah menandatangani perjanjian kerja sama perdagangan dengan Negeri Kanguru itu, ialah Indonesia-Australia CEPA. Sedangkan dengan Kanada, kata dia, Indonesia sedang dalam tahap perundingan untuk mencapai kesepakatan Indonesia-Canada CEPA.
Iklan
Selain itu, dia mengatakan pemerintah terus mendukung untuk membuka pasar pasar baru seperti Puerto Rico dan negara-negara Amerika Latin. Indonesia mempunyai perjanjian jual beli dengan Cile, nan membikin Indonesia bisa mengekspor ke negara itu dengan tarif nol, termasuk baja.
Pelepasan ekspor baja ke Kanada dan Australia, kata dia, merupakan momentum nan tepat mengingat permintaan baja dari Kanada dan Australia sekarang terus meningkat. Dalam lima tahun terakhir, permintaan baja masing-masing negara itu naik sebesar 16,94 persen dan 14,72 persen.
Pilihan Editor: Pelemahan Rupiah Diprediksi Berimbas pada Harga Komoditas Ekspor-Impor hingga Cadangan Devisa