ARTICLE AD BOX
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan namalain Zulhas mengungkapkan underground economy alias ekonomi bawah tanah menjadi halangan Indonesia untuk menjadi negara maju. Banyak barang-barang impor nan masuk Indonesia tak terdata sehingga menimbulkan kerugian negara.
Menurut Zulhas, jumlah peralatan impor terlarangan nan tak terdata itu mencapai 35–40 persen. Dengan masuk tak melalui jalur resmi, negara kehilangan pemasukan pajak dari aktivitas impor itu. Menurut dia, perihal itu nan mengakibatkan rasio pajak Indonesia tergolong rendah.
“Kalau tax ratio kecil, pendapatan negara sedikit, gimana kita membangun?” kata Zulhas saat membuka Forum Koordinasi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perdagangan Pusat dan Daerah di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Rabu, 21 Agustus 2024.
Karena itu, Zulhas berbareng sejumlah kementerian/lembaga mengenai dan asosiasi pengusaha membentuk Satgas Pengawasan Barang Tertentu nan Diberlakukan Tata Niaga Impor. Sejak terbentuk satu bulan silam, satgas ini telah tiga kali mengungkap temuan impor ilegal.
Zulhas mencontohkan negara-negara lain di Asia nan telah menjadi negata maju. Menurut dia, Jepang, Korea Selatan, dan Cina tak mungkin membiarkan impor terlarangan memasuki area mereka. Karena bisa menjaga pasar domestiknya dari serbuan impor ilegal, negara-negara itu menjadi maju.
Iklan
"Kalau rumah kita kemasukan, kebobolan banyak, gimana kita bisa maju?” kata dia.
Dalam pemusnahan impor terlarangan di kantornya, Senin, 19 Agustus 2024, Zulhas menuturkan penyitaan peralatan impor terlarangan bakal terus dilakukan untuk mendukung sasaran presiden terpilih Prabowo Subianto, ialah pertumbuhan ekonomi 7–8 persen dan peningkatan rasio pajak.
Untuk mencapai sasaran itu, dia mengatakan negara kudu membenahi ekonomi bawah tanah. Menurut Zulhas, persentase barang-barang terlarangan nan dia sebut ekonomi bawah tanah itu mencapai 35–40 persen. “Kalau ini bisa kita atasi, bisa kita tertibkan, maka peneapatan negara bakal meningkat, tax ratio kita bakal meningkat,” kata dia.
Pilihan Editor: Prabowo Sempat Ramai Dikabarkan bakal Naikkan Rasio Utang 50 Persen dari PDB, Faisal Basri: Jangan Main-Main