5 Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis Sepekan, Rasa hingga Reimburse

Sedang Trending 3 jam yang lalu
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka telah digelar sekitar satu pekan.

Program ini digelar sebagai upaya meningkatkan gizi anak-anak Indonesia. Namun, pelaksanaannya selama satu pekan terakhir menunjukkan sejumlah tantangan, terutama dalam penerimaan dan pengelolaan program di beragam daerah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut beberapa kebenaran dan pertimbangan mengenai program makan bergizi cuma-cuma nan digelar sejak 6 Januari di nyaris seluruh Indonesia.

1. Sisa makanan jadi tantangan

Di Makassar, Tim Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Panakkukang 1 mengambil langkah imajinatif untuk mengurangi sisa makanan.

Langkah imajinatif diambil setelah mendapatkan temuan di SD Inpres IV Tamamaung bahwa banyak siswa nan tidak menghabiskan makanan bergizi nan disediakan.

Geralz Geerhan selaku personil SPPG menjelaskan pihaknya memberikan motivasi melalui bingkisan mini kepada siswa nan menghabiskan makanan.

"Kami membujuk siswa berbahagia sembari makan, dan memberikan bingkisan sebagai dorongan agar mereka tidak menyisakan makanan," ujar Geralz pada Rabu (8/1).

[Gambas:Video CNN]

Di Jakarta, program MBG baru dilayani oleh empat SPPG nan menyuplai makanan ke 41 sekolah. Pj Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi menargetkan penambahan 13 SPPG pada Januari 2025 sehingga total menjadi 17.

Ini bagian dari rencana besar menghadirkan 153 SPPG di seluruh Jakarta pada tahun mendatang.

Di sisi lain, penyelenggaraan program di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tertunda hingga 13 Januari. Padahal, DIY sebelumnya masuk dalam daftar 26 provinsi pelaksana program.

Penundaan ini menyoroti pentingnya kesiapan logistik, tim dapur, serta pengedaran nan matang.

Seiring penyelenggaraan program, keluhan siswa mengenai rasa makanan turut mencuat. Di SDN Slipi 15, banyak makanan tersisa, terutama pada menu sayur nan dianggap hambar.

Sementara di SMP 1 Barunawati Jakarta, sebagian siswa berambisi menu nan lebih bervariasi, seperti ayam goreng, bisa disajikan.

Namun, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menegaskan susu alias menu tertentu tidak diwajibkan setiap hari. Fokus program tetap pada pemenuhan kebutuhan gizi, meskipun ragam menu perlu menjadi pertimbangan.

4. Sistem reimburse dan tantangan biaya

Pengelolaan anggaran menjadi tantangan tersendiri. Mitra penyedia makanan kudu menggunakan biaya pribadi terlebih dulu sebelum diganti oleh Badan Gizi Nasional (BGN) melalui sistem reimburse.

Menurut Jonie Kusuma Hadi, Kepala Chef SPPG di Halim, Jakarta Timur, biaya bahan makanan hanya Rp10.000 per porsi, nan menuntut pengelolaan imajinatif agar memenuhi kebutuhan gizi sekaligus menarik bagi siswa.

5. Diperlukan sejumlah perbaikan

Sebagai inisiatif untuk menanggulangi masalah gizi pada anak-anak, program MBG merupakan langkah krusial nan membawa angan besar.

Namun, tantangan dalam pelaksanaannya menunjukkan perlunya pertimbangan berkelanjutan, mulai dari rasa dan ragam menu hingga prasarana nan mendukung.

Dengan perbaikan ke depan, program ini dapat memberikan akibat nyata dalam meningkatkan gizi anak-anak Indonesia.

(tst/chri)

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional