6 BUMN Terancam Dibubarkan, Dirut Danareksa: Potensi Operasi Minimum

Sedang Trending 5 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Danareksa (Persero) Yadi Jaya Ruchandi menyebut saat ini ada sebanyak 21 BUMN dan satu anak upaya BUMN berstatus titip kelola nan sedang ditangani oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) alias PPA. Dari 22 perusahaan itu, hanya empat di antaranya nan berkesempatan kembali bangkit dan sebanyak enam perusahaan nan kemungkinan berkesempatan untuk dihentikan.

"Dari 21 BUMN plus satu nan disampaikan kepada kita, nan sekarang ada istilahnya ada kesempatan hanya empat perusahaan," kata Yadi dalam Rapat Dengar Pendapat berbareng Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin, 24 Juni 2024, seperti dikutip dari Antara.

Yadi menjelaskan, enam perusahaan pelat merah nan kemungkinan berkesempatan untuk dihentikan lewat likuidasi alias pembubaran. "Yang potensi operasi minimum itu sebetulnya more than likely itu bakal kita setop, apakah kelak melalui likuidasi alias lewat pembubaran BUMN. Sebetulnya ujungnya ke sana," ucapnya.

Keenam perusahaan nan masuk dalam kategori potensi operasi minimum itu adalah PT Indah Karya (Persero), PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero), PT Amarta Karya (Persero), PT Barata Indonesia (Persero), PT Varuna Tirta Prakasya (Persero), dan PT Semen Kupang.

Sementara itu, kata Yadi, ada empat BUMN nan berpeluang bangkit kembali, ialah Persero Batam, PT Boma Bisma Indra (Persero) alias BBI, PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero) alias DKB dan PT Industri Kapal Indonesia (Persero) alias IKI.

Khusus soal BBI, menurut Yadi, perusahaan sebagai BUMN manufaktur itu berkesempatan mengambil kesempatan dari larangan dan pembatasan (lartas) impor dari Kementerian Perindustrian. "Yang membikin industri manufaktur dalam negeri bisa mendapatkan demand-nya kembali, lantaran selama ini kita kalah bersaing dari negara-negara sekitar di mana orang semuanya impor dan tidak membuatnya di dalam negeri," ujarnya.

Iklan

Sedangkan untuk galangan kapal ialah Dok dan Perkapalan Kodja Bahari dan IKI, menurut Yadi, tetap potensial lantaran tingginya permintaan saat ini nan dipicu oleh posisi Indonesia sebagai negara maritim.

"Ke depannya kesempatan mereka untuk bangkit kembali sangat tinggi. Makanya ini istilahnya mempunyai kesempatan untuk kita melakukan scaling up, lantaran memang dari BUMN-BUMN sekitarnya seperti Pelni, ASDP, apalagi Pertamina itu semua memerlukan servis nan diadakan oleh Dok dan Perkapalan Kodja Bahari dan IKI," kata Yadi.

Ia lampau mencontohkan galangan kapal untuk melakukan operasi nyaris setiap pekan penuh terus kapasitasnya. "Jadi sebetulnya kita punya kesempatan untuk menambah lagi akomodasi produksi untuk mereka," katanya.

Pilihan Editor: Pernah Dijuluki 'Manajer Rp 1 Miliar', Inilah Kilas Balik Perjalanan Karier Mendiang Tanri Abeng

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis