80 Persen Pasokan Susu untuk Konsumsi Berasal dari Impor, Budi Arie: Produksi Dalam Negeri Tak Cukup

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi membeberkan 80 persen pasokan susu untuk memenuhi kebutuhan domestik merupakan susu impor. Menurut dia, perihal itu disebabkan produksi susu dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan susu domestik.

Mengutip info pemerintah, Budi Arie mengatakan konsumsi susu nasional pada 2022 dan 2023 masing-masing sebesar 4,4 juta ton dan 4.6 juta ton. Sedangkan info perdagangan eksisting menunjukkan konsumsi susu nasional pada 2022 dan 2023 sebesar 4,44 juta ton dan 3,7 juta ton.

“Produksi susu sapi nasional hanya sebesar 837.223 ton alias 20 persen, 80 persen sisanya impor,” kata Budi Arie dalam bertemu pers di Kantor Kementerian Koperasi, Jakarta, Senin, 11 November 2024.

Saat ini jumlah koperasi produsen susu nasional mencapai 59 unit. Pada 2023, jumlah populasi sapi di koperasi produsen susu sebanyak 227.615 ekor. Mereka menghasilkan susu sebesar 470 ribu ton. Sedangkan peternakan sapi modern dengan 32.000 ekor sapi bisa menghasilkan susu sebanyak 164 ribu ton. “Total sebesar 571 ribu ton,” kata Budi Arie.

Untuk menutupi kebutuhan itu, pemerintah mengimpor susu dari luar negeri. Importir terbesar di Indonesia saat ini adalah Selandia Baru dengan produksi susu sebesar 21,3 juta ton. Bersama Australia, Selandia Baru memanfaatkan Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) dengan Indonesia.

Perjanjian ini menghapuskan bea masuk pada produk susu sehingga membikin nilai produk mereka setidaknya 5 persen lebih rendah dibandingkan dengan nilai eksportir produk susu dunia lainnya.

Kedekatan geografis Australia dan Selandia Baru dengan Indonesia juga dinai Budi Arie membikin nilai produk susu mereka sangat kompetitif.

Sayangnya, industri pengolahan susu (IPS) mengimpor bukan dalam corak susu segar, melainkan berupa skim (susu bubuk). Padahal, menurut Budi Arie, kualitas susu skim secara di bawah susu sapi segar lantaran sudah melalui beragam macam proses pemanasan.

Budi Arie mengatakan, impor susu skim mengakibatkan nilai susu segar menjadi lebih murah. Susu segar saat ini dipatok seharga Rp 7.000. Idealnya, nilai susu segar bisa mencapai Rp 9.000. “Para peternak sapi perah mengalami kerugian,” kata Budi Arie.

Impor susu dinilai sejumlah kalangan membikin produksi susu dalam negeri tak terserap. Tak optimalnya penyerapan susu ini telah mendorong ratusan peternak sapi perah dan pengepul susu menggelar tindakan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu, 9 November 2024. Melumuri badan mereka dengan susu, mereka memprotes atas pembatasan kuota penjualan susu ke pabrik alias IPS.

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis