TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana membentuk family office atau instansi keluarga. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Indonesia punya kesempatan mendapat untung dari family office. "Family office merupakan salah satu upaya untuk menarik kekayaan dari negara lain untuk pertumbuhan ekonomi nasional," kata Luhut melalui akun IG resmi @luhut.pandjaitan, dikutip Tempo pada Selasa, 2 Juli 2024.
Terlebih, kata dia, info dari The Wealth Report menunjukkan bahwa populasi perseorangan super kaya di Asia diperkirakan tumbuh 38,3 persen selama periode 2023-2028. Sementara di Indonesia, diprediksi tumbuh 34 persen. "Ada biaya US$ 11 triliun nan mereka mau cari tempat nangkring. Sekarang banyak di Singapura, Dubai, Hongkong. Kita tawarkan itu, susun regulasinya," ungkap Luhut.
Namun, Luhut menegaskan bahwa pemerintah menghindari pencucian uang. Sehingga, orang asing nan hendak meletakkan uangnya itu wajib datang ke Indonesia. Selain itu, pemerintah mewajibkan mereka berinvestasi. "Kemudian, kudu pakai orang Indonesia untuk kerja di family office tadi," kata Luhut. "Itu kelak nan kita pajaki. Kalau sudah investasi kan banyak proyek di sini."
Pemerintah meyakini pengelolaan biaya berbasis family ini mempunyai daya tarik tersendiri di Indonesia. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan perihal tersebut sudah dipikirkan dari segi potensi.
Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu juga mengatakan tidak ada tantangan untuk membikin family office di Indonesia. Hal ini lantaran Indonesia telah mempunyai izin dan hanya memerlukan penyesuaian saja. “Tidak ada tantangan. Hanya penyesuaian izin lantaran kita sudah mempunyai dan daya tarik Indonesia sekarang bukan hanya di financial assets tetapi juga di aset-aset lain,” ucap Sandiaga usai mengikuti rapat internal mengenai family office di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, 1 Juli 2024.
Senada dengan nan disampaikan Luhut, Sandiaga menjelaskan, total potensi biaya nan dikelola family office bisa mencapai US$ 11,7 triliun. “Kalau Indonesia bisa menarik 5 persen saja, kita bicara nomor US$ 500 miliar (setara Rp 8 ribu triliun dengan dugaan kurs Rp 16.360 per dolar AS) itu cukup besar dalam beberapa tahun ke depan,” ujarnya.
Pilihan editor: Jokowi Bakal Bentuk Tim Family Office, Target Kelola Dana hingga Rp 8 Ribu Triliun
RIRI RAHAYU | DANIEL A. FAJRI