Alasan Rektor UII Ogah Dipanggil Profesor

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Fathul Wahid mengungkapkan argumen mengapa tidak mau dipanggil guru besar alias 'prof'.

Fathul mengaku mau mendesakralisasi kedudukan guru besar dan membikin kultur nan lebih kolegial. Dengan begitu, dia berambisi gelar tersebut tidak lagi membikin banyak pihak mengejar dengan menghalalkan segala langkah untuk mendapat gelar tersebut.

"Dengan segala hormat, sebagai upaya desakralisasi kedudukan profesor, kepada seluruh sahabat, mulai hari ini minta jangan panggil saya dengan julukan prof," tulis Fathul dalam unggahan facebooknya, dikutip Jumat (19/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Para sahabat guru besar nan setuju, mari kita lantangkan tradisi nan lebih kolegial ini. Dengan desakralisasi ini, semoga kedudukan guru besar tidak lagi dikejar oleh banyak orang, termasuk para pejabat dan politisi, dengan menghalalkan semua cara," imbuhnya.

Tidak main-main, Fathul juga meminta agar semua gelar akademiknya tak dicantumkan ke dalam surat, dokumen, serta produk norma kampusnya.

Hal dituangkan melalui Surat Edaran Nomor: 2748/Rek/10/SP/VII/2024 nan dialamatkan kepada seluruh pejabat struktural di lingkungan UII dan diteken oleh Fathul Wahid sendiri, Kamis (18/7).

"Dalam rangka menguatkan atmosfir kolegial dalam tata kelola perguruan tinggi, berbareng ini disampaikan bahwa seluruh korespondensi surat, dokumen, dan produk norma selain ijazah, transkrip nilai, dan nan setara itu dengan penanda tangan Rektor nan selama ini tertulis gelar komplit "Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D." agar dituliskan tanpa gelar menjadi "Fathul Wahid"," demikian isi surat info tersebut.

Fathul menjelaskan apa nan termuat dalam info itu hanya untuk dirinya seorang. Dia juga tak mewajibkan para pengajar alias pejabat UII mengambil langkah serupa.

"Latar belakangnya, satu sebetulnya, upaya itu sudah saya lakukan sejak lama, sejak saya diangkat profesor, lantaran kami menganggap itu kan mengenai dengan kedudukan akademik, nan lebih punya tanggung jawab dari pada berkah, kira-kira gitu, kan," ujarnya.

Menurutnya, kedudukan guru besar ini punya amanah besar nan melekat daripada untuk kepentingan status individu.

Fathul menilai sangat tidak relevan secara moral ketika apa nan menyangkut tanggung jawab akademik itu dicantumkan ke dalam beragam surat, dokumen, apalagi kartu nama.

"Tapi, ini pendapat personal. Saya tidak bisa memaksa orang untuk mengikuti saya, saya mencoba menjadikan ini sebagai aktivitas kultural. Kalau ini bersambut maka itu bakal sangat baik," katanya.

(yla/DAL)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional