Analis Prediksi Besok Rupiah Menguat di Kisaran Rp16.320 hingga Rp16.410 per Dolar AS

Sedang Trending 2 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Analis pasar sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi rupiah menguat dalam perdagangan Senin, 1 Juli 2024. Sebelumnya, dalam penutupan perdagangan Jumat, 28 Juni 2024, rupiah menguat 30 poin ke level Rp16.375 per dolar AS.

"Untuk  perdagangan Senin depan, rupiah naik turun tapi ditutup menguat di rentang  Rp16.320 - Rp16.410 per dolar AS," kata Ibrahim melalui keterangan tertulis, dikutip Minggu, 30 Juni 2024.

Menurut Ibrahim, rupiah menguat lantaran dolar sedikit terpengaruh info terbaru nan menunjukkan adanya penurunan pada perekonomian Amerika Serikat, khususnya pasar tenaga kerja.

Akan tetapi, meski rupiah menguat, nilai tukarnya sudah melampaui dugaan makro angggaran pendapatan dan shopping negara (APBN) 2024. Adapun dalam dugaan makro APBN 2024, rupiah diproyeksikan senilai Rp15.000 per dolar AS.

Ekonom The Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didin S. Damanhuri pun menilai situasi ini sebagai depresiasi rupiah nan tidak terkendali. "Walaupun sempat diusahakan dengan operasi pasar oleh BI (Bank Indonesia) turun, tapi kemudian naik lagi, apalagi nyaris menyentuh Rp16.500," katanya kepada Tempo pada Sabtu, 29 Juni 2024.

Adapun sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut bahwa pada awal tahun hingga Juni ini, rupiah telah terdepresiasi 6,25 persen daripada akhir 2024. 

Iklan

Didin menilai, ada sejumlah faktor, baik internal maupun eksternal, nan mendorong pelemahan nilai tukar rupiah. Faktor eksternal, sudah tentu situasi geopolitik maupun geoekonomi nan terus bergolak sehingga membikin The Fed mempertahankan suku kembang referensi di level 5,5 persen.

Sedangkan aspek internal, menurut Didin, adalah buruknya esensial ekonomi Indonesia. Hal ini menyoal defisit APBN nan direncanakan 2,45 sampai 2,82 persen. Menurut dia, rencana tersebut adalah refleksi pengeluaran APBN nan sebelumnya secara umum digelontorkan secara besar-besaran untuk proyek-proyek infrastruktur. "Ini nan bakal membikin time lag terhadap pertumbuhan ekonomi," tutur Didin.

Artinya, kata Didin, akibat terhadap pertumbuhan ekonominya tidak terlalu kuat, begitu juga terhadap kesempatan kerja. Situasi tersebut, menurut dia, diperparah dengan gelontoran anggaran support sosial (bansos) besar-besaran nan politis terhadap Pemilu 2024, apalagi Pilkada serentak. "Sehingga, menjadi kontraproduktif terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembuatan kesempatan kerja," ujarnya.

ANNISA FEBIOLA | ILONA ESTHERINA

Pilihan Editor: Terpopuler: Sri Mulyani Sebut Rupiah Sudah Terdepresiasi 6,25 Persen, PDN Belum Normal Layanan Sameday Passport di Soekarno-Hatta Tutup

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis