TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengatakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) memerlukan anggaran sebesar Rp 800 miliar per hari. Menurut dia, program unggulan presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka tersebut bakal menjangkau 82,9 juta penerima dan menghabiskan anggaran Rp 400 triliun jika diimplementasikan secara penuh.
“Kalau program ini sudah jalan, maka Badan Gizi Nasional bakal shopping Rp 1,2 triliun setiap hari untuk investasi SDM (sumber daya manusia) masa depan. Sekitar 75 persen dari Rp 1,2 triliun itu untuk intervensi Makan Bergizi Gratis, kurang lebih Rp 800 miliar setiap hari,” kata Dadan usai aktivitas BNI Investor Daily Summit 2024 di Jakarta, Selasa, 8 Oktober 2024, seperti dikutip dari Antara.
Dia menjelaskan, anggaran sebesar Rp 800 miliar itu bakal dialokasikan untuk membeli bahan baku pangan dari sektor pertanian. Oleh lantaran itu, lanjut dia, program MBG dapat memicu peredaran duit dalam jumlah besar di tengah masyarakat. “Salah satu kelemahan ekonomi Indonesia selama ini adalah kurangnya likuiditas di pedesaan. Melalui program investasi masa depan ini, likuiditas di desa bakal ditingkatkan,” ucap Dadan.
Dari hasil percobaan, menurut dia, dengan melibatkan 3.000 peserta didik dalam satu satuan pelayanan, dibutuhkan sekitar 200 kilogram beras, 350 kilogram ayam alias 3.000 butir telur ayam, 350 kilogram sayuran, dan 600 liter susu per hari.
“Ini baru untuk satu satuan pelayanan. Jika program ini melangkah penuh, maka bakal ada sekitar 30.000 satuan pelayanan di seluruh Indonesia nan melayani ibu hamil, ibu menyusui, balita, anak sekolah dari PAUD (pendidikan anak usia dini) hingga SMA (sekolah menengah atas), termasuk santri dan sekolah-sekolah keagamaan. Ini adalah skala nan sangat besar,” ujar Dadan.
Diklaim Serap 1,5 Juta Tenaga Kerja
Selain itu, Dadan juga menyatakan program MBG dapat menyerap 1,5 juta tenaga kerja nan bakal bekerja di satuan pelayanan. Dia menyebut satuan pelayanan berbeda dengan dapur umum, lantaran nantinya tidak hanya memasak, tetapi juga bekerja mengelola produk pertanian lokal, mengatur pembelian, dan pengolahan bahan pangan.
Iklan
“Kalau menggunakan perangkat masak tradisional memerlukan sekitar 45-46 orang. Jadi, jika menggunakan dugaan tradisional, maka bakal ada kesempatan kerja baru untuk 1,5 juta orang (untuk total 30 ribu satuan pelayanan),” kata Dadan.
Dadan menyebut bakal melibatkan pekerja dalam satuan pelayanan dan mengutamakan masyarakat lokal nan terdiri dari ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, dan anak-anak. Di samping pekerja nan bekerja di satuan pelayanan, petani lokal nan menyediakan bahan pangan juga bakal berkontribusi dalam serapan tenaga kerja program Makan Bergizi Gratis. Dia mengungkapkan bahwa pihaknya berambisi 30 ribu satuan pelayanan dapat tercapai paling lambat pada 2027. “Tapi, ada kesempatan untuk lebih cepat,” ucap Dadan.
Dia menuturkan, skema serapan tenaga kerja itu sejalan dengan usulan peneliti dari Center of Reform on Economics (CORE) Eliza Mardian nan menyatakan bahwa program unggulan Prabowo-Gibran tersebut kudu dirancang untuk menciptakan pengaruh berganda nan substansial dalam perekonomian.
Menurutnya, prioritas utama dari program Makan Bergizi Gratis adalah menciptakan backward linkage atau keterkaitan untuk membentuk dan menguatkan rantai pasok lokal dengan melibatkan petani lokal, peternak lokal, nelayan lokal, upaya mini dan menengah (UKM), serta koperasi desa.
Pilihan Editor: Jokowi Perintahkan ASN Pindah ke IKN Januari 2025, Ini Fasilitas nan Mereka Dapat