Apple Akan Bangun Pabrik Rp158 Miliar agar Bisa Jual iPhone 16, DPR: Investasi Kurang Rp300 Miliar

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Apple Inc. dikabarkan bakal membangun pabrik di Bandung dengan investasi sebesar Rp158 miliar untuk memproduksi lebih banyak produk di Indonesia sebagai jawaban atas larangan penjualan iPhone 16 di sini.

Namun Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Muhammad Hanif Dhakiri menyatakan, berasas audit, Apple kudu berinvestasi senilai Rp300 miliar lagi dari total komitmen mereka sebesar Rp1,7 triliun.

Ia meminta perusahaan teknologi asal Amerika Serikat itu merealisasikan sisa investasi dan meningkatkan kontribusi kepada perekonomian Indonesia.

Menurut dia, investasi tersebut jauh dari pendapatan penjualan Apple nan mencapai Rp30 triliun di tanah air.

"Ini bukan hanya soal angka, tapi soal keadilan. Dengan pendapatan sebesar itu, Apple semestinya memberikan kontribusi nyata nan sebanding untuk mendukung pembangunan ekosistem teknologi dan digital di Indonesia,” kata Hanif Dhakiri dalam pernyataan di Jakarta, Minggu, 17 November 2024.

Ia menilai kontribusi Apple terhadap ekonomi Indonesia nan minim tersebut menunjukkan lemahnya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap negara tempat mereka meraup untung besar.

Oleh lantaran itu, dia mendorong pemerintah memanggil Apple secara resmi ke Indonesia guna memberikan penjelasan mengenai ketimpangan ini.

Ia juga berambisi pemerintah mengkaji ulang insentif dan kebijakan investasi asing, agar perusahaan nan mendapatkan untung besar di tanah air memberikan kontribusi ekonomi nan lebih signifikan, serta menyusun izin nan mendorong redistribusi ekonomi, seperti tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk produk nan dipasarkan di Indonesia.

"Jika Apple tidak segera merealisasikan komitmennya, maka pemerintah kudu mempertimbangkan langkah tegas, termasuk pertimbangan izin perdagangan dan investasi untuk perusahaan asing," ujar dia.

Menurut dia, Komisi XI DPR berkomitmen untuk terus mengawal rumor ini agar kepentingan nasional dan kesejahteraan masyarakat menjadi prioritas utama, bukan sekadar untung bagi perusahaan global.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian menonaktifkan nomor seri International Mobile Equipment Identity (IMEI) bagi produk iPhone 16 nan terbukti diperjualbelikan dalam negeri.

Hal itu lantaran seri terbaru buatan perusahaan raksasa Apple itu belum bisa masuk ke pasar domestik, mengingat adanya komitmen investasi nan belum diselesaikan.

Selama tahun 2023 dan 2024, Apple menjual produk handphone, komputer, dan tablet (HKT) sebanyak 3,8 juta unit.

Sebelumnya,

Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengatakan bahwa pihaknya sudah mendengar soal rencana Apple berinvestasi di Indonesia, namun dia berambisi komitmen itu betul-betul dijalankan.

"Kami berambisi bahwa komitmen nan sekarang disampaikan ini (rencana investasi Apple senilai 10 juta dolar AS) bisa dijalankan sesegera mungkin," kata Faisol di sela-sela aktivitas Indonesia Seamless Tube Summit di Jakarta pada Rabu, 6 November 2024 seperti dilansir dari Antara.Larangan iPhone 16 dijual di Indonesia diberlakukan pemerintah lantaran tidak mengantongi sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebagai syarat absolut berdagang di Indonesia. Untuk mendapatkan sertifikat tersebut, Apple kudu melakukan investasi dengan tiga skema, ialah pembuatan pabrik manufaktur, inovasi, alias melalui skema pembuatan aplikasi.

Adapun sebelumnya pihak Apple sudah berkomitmen untuk melakukan investasi di Indonesia dengan skema penemuan melalui pembangunan Apple Academy ke-empat di Indonesia, dengan nilai penanaman modal mencapai Rp1,71 triliun.

Dari komitmen itu, Kemenperin menyatakan Apple baru merealisasikan investasi sebesar Rp1,48 triliun, sehingga tetap kurang sekitar Rp240 miliar. Seri iPhone 16 nan saat ini telah masuk ke Indonesia hanya terbatas untuk pemakaian pribadi para penumpang dari luar negeri. Namun larangan tidak bertindak untuk produk Apple lain seperti laptop Macbook alias tablet iPad.

Pilihan Editor Sri Mulyani Terbitkan Aturan Sistem Coretax Baru, Bayar Pajak dan Lapor SPT Lebih Mudah

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis