TEMPO.CO, Jakarta - Axiata Group tak menganggap rencana kehadiran jasa internet milik Elon Musk, Starlink, sebagai ancaman upaya meski tampaknya pemerintah mendukung penuh kehadirannya. “Starlink bisa disebut sebagai komplementer bukan substitusi. Memang dengan kemampuannya, Starlink mungkin bisa mengisi ceruk kekosongan internet di sini,” kata Group Chief Executive Officer dan Managing Director, Vivek Sood, di JW Marriot Kuningan, Kamis, 13 Juni 2024.
Sood percaya diri pengembangan Axiata dalam membangun jasa hingga ke pelosok negeri melalui menara-menara transmisi, tetap lebih dapat dijangkau oleh masyarakat Indonesia. Ia pun tak menampik arah pemerintah Indonesia nan terkesan mendukung penuh kehadiran Starlink, mengingat wacananya dalam meningkatkan melek internet hingga ke pelosok. “Kami tak menganggap Starlink sebagai pesaing, namun kita memang tak bisa menebak apa nan dilakukan (inovasi) Elon Musk selanjutnya,” kata Sood.
Axiata sendiri mempunyai lima upaya utama di Indonesia, ialah XL Axiata, LinkNet, Boost, ADA dan EDOTCO. Ia juga menuturkan investasi Axiata di Indonesia pun meluas dengan menciptakan lapangan kerja dan kesempatan bagi masyarakat. “Total ada 2.372 tenaga kerja dan 267.723 pekerjaan di tahun 2023 melalui operasi dan investasi modal,” katanya.
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian alias Kemenko Perekonomia menyatakan jasa internet milik Elon Musk itu bisa mendorong penetrasi internet Indonesia hingga 100 persen. Saat ini penetrasi internet di Indonesia tetap 76,3 persen secara nasional.
Asisten Deputi Digital Kemenko Perekonomian Theodore Sutarto meyakini kehadiran Starlink dapat mendorong cakupan hingga 100 persen. “Speed-nya bagus dan jangkauannya seluruh Indonesia,” kata dia di Kantor Kemenko Perekonominan, Rabu, 12 Juli 2024.
Iklan
Ia mengatakan Starlink mengisi wilayah nan susah dimasuki jaringan kabel optik, sehingga kehadiran satelit dengan orbit relatif dekat dengan permukaan bumi atau low earth orbit (LEO) dapat menjadi jawaban keterbatasan akses internet. Meski demikian, ada tantangan nan kudu dihadapi jika pemerintah mau menggunakan layanannya. Investasinya cukup besar jika digunakan oleh kementerian dan lembaga.
Pilihan editor: Starlink Masuk Indonesia, Begini Respon Indosat dan XL
BAGUS PRIBADI | ILONA ESTHERINA