TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Energy Watch Daymas Arrangga menganggap kebijakan PT Pertamina (Persero) tidak turut menyesuaian nilai bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi pada awal Juli 2024 lantaran nilai minyak bumi belum stabil.
Meskipun, pada waktu berbarengan badan upaya penyedia BBM seperti Shell Indonesia melakukan penyesuaian nilai jual seluruh produk BBM per 1 Juli 2024. Hari ini, produk BBM Shell mengalami penurunan harga, selain jenis Shell Diesel Extra. Mengutip laman resmi Shell Indonesia, Senin 1 Juli 2024, kali ini Shell melakukan penyesuaian nilai berkisar Rp 20-Rp 770 per liter. “Kalau berasas hitung-hitungan, rupanya ada keputusan nan lain, kemungkinan strategi pemerintah dengan menahan naik/turunnya nilai lantaran tetap melemahnya kurs rupiah terhadap USD dan juga situasi politik dunia nan belum membaik saat ini,” katanya saat dihubungi, Senin, 1 Juli 2024.
Penyesuaian nilai BBM non subsidi ini biasanya memang berjalan tiap tanggal 1 setiap bulannya oleh masing-masing badan upaya seperti Pertamina, Shell, BP AKR juga Vivo. Penyesuaian nilai BBM non-subsidi mengikuti sistem pasar dengan memandang nilai minyak dunia, kurs dolar Amerika Serikat hingga inflasi.
Menurut Daymas, penetapan nilai BBM non-subsidi sudah diatur berasas ketentuan Kepmen ESDM No.245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No 62/K/12/MEM/2020 tentang Formulasi Harga JBU alias BBM Non Subsidi, sehingga patokan itu menjadi referensi Pertamina. “Tentunya penetapan nilai bakal berpengaruh, namun ada faktor-faktor lain seperti pelayanan, antrian nan lebih sedikit, dan lainnya, nan bakal menentukan pilihan masyarakat,” ujar Daymas.
Pengamat daya sekaligus Rektor Institut Teknologi PLN Jakarta alias ITPLN, Iwa Garniwa Mulyana, mengatakan keputusan Pertamina tak menurunkan nilai BBM non subsidi lantaran pertimbangan rupiah nan melemah secara global. Sehingga, kata dia, nilai BBM di Pertamina saat ini sudah sesuai nilai keekonomiannya. “Harga tersebut dapat memperkuat dengan menurunkan volume edar BBM bersubsidi. Namun jika nilai rupiah naik terus di kisaran Rp 17 ribu, maka dipastikan nilai tersebut tidak dapat memperkuat lagi,” ujarnya.
Menurut dia, nilai BBM bakal melonjak naik seiring posisi rupiah nan kian melemah terhadap dollar. Sementara kemungkinan menurunkan harga, kata Iwa, mini kemungkinannya lantaran tetap punya tanggungjawab BBM bersubsidi. “Sedangkan Shell dan BPP tidak punya tanggung jawab BBM subsidi, sehingga perhitungannya murni nilai keekonomiannya,” katanya.
Pelanggan Shell Indonesia di Jalan Letjen S. Parman nan condong sedikit dibandingkan SPBU Pertamina 34.11405 di Jalan Palmerah Utara, meski Shell menetapkan nilai baru untuk BBM per grade, turun sekitar Rp 700, Senin, 1 Juli 2024. TEMPO/Bagus Pribadi
Iklan
Sebelumnya, selain Pertamina, Shell Indonesia dan BP-AKR menurunkan nilai beberapa produk bakar minyak (BBM) dalam penetapan nilai baru per 1 Juli 2024. Kendati demikian, dampaknya terhadap keramaian konsumen belum signifikan di hari pertama ini.
Pantauan Tempo, SPBU Pertamina tetap jauh lebih ramai dibandingkan SPBU Shell. Misalnya, di SPBU Pertamina 34.11405 di Jalan Palmerah Utara, mobil silih berganti memasuki area SPBU untuk mengisi BBM meski antreannya tak terlalu panjang. Begitu pula dengan antrean 10 sepeda motor untuk mengisi BBM jenis Pertalite.
Hal itu berbanding terbalik dengan SPBU Shell nan berada di Jalan Letjen S. Parman Nomor 38-39, rata-rata antrean sepeda motor hanya dua-tiga sepeda motor saja untuk mengisi BBM jenis Shell Super. Sementara untuk mobil sama sekali tak mengantri, sehingga langsung dilayani petugas Shell.
Shift Manager Shell, Abdul Basit, mengonfirmasi per hari ini Shell resmi menetapkan nilai baru. Adapun nilai nan ditetapkan, ialah masing-masing grade alias jenis BBM Shell turun nilai sekitar Rp 700. “Kalau secara signifikan belum terlalu terlihat akibat turunnya nilai ini dengan banyaknya konsumen, untuk hari ini. Karena letak kami juga itu termasuk letak transit, artinya meskipun pom bensin tapi bukan konsumen nan ada di sekitar sini, jadi semacam rest area dalam kota,” kata Abdul saat ditemui Tempo, Senin, 1 Juli 2024.
Pilihan editor: Pertamina Monitor Pergerakan Harga Minyak Dunia dan Kurs Rupiah, BBM Nonsubsidi Naik?