Bakal Kena Pajak 200 Persen, Ini Produk Cina yang Banjiri Pasar Indonesia Tahun Ini

Sedang Trending 4 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan alias Zulhas mengatakan pemerintah bakal mengenakan bea masuk hingga 200 persen terhadap barang-barang impor asal Cina. Dia menyebut perang jual beli antara Cina dan Amerika Serikat (AS) menyebabkan terjadinya kelebihan kapabilitas dan kesiapan produk Cina di Indonesia, termasuk baja, tekstil, dan lain sebagainya. 

“Maka, satu dua hari ini, mudah-mudahan sudah selesai permendagnya. Jika sudah selesai, maka dikenakan apa nan disebut sebagai bea masuk. Kita pakai tarif sebagai jalan keluar untuk perlindungan atas barang-barang nan deras masuk ke sini,” kata Zulkifli di Bandung, Jawa Barat, Jumat, 28 Juni 2024, seperti dikutip dari Antara. 

Dia menjelaskan bahwa permendag itu sebagai respons terhadap regulasi-regulasi sebelumnya mengenai perdagangan dan perlindungan industri lokal nan belum memuaskan semua pihak. Dia mengungkapkan bahwa perang jual beli Cina dan AS sudah diketahui dampaknya sejak 2022, serta langsung ditanggapi demi melindungi produk dan industri dalam negeri, termasuk upaya mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 

Produk Impor Cina nan Banjiri Pasar Indonesia 2024

Adapun per Januari 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan peralatan impor di tanah air didominasi oleh Cina dengan nilai US$ 5.957,7 juta. Angka itu setara dengan 32,21 persen dari total nilai impor sebesar US$ 18.494,5 juta. 

Golongan Barang Utama

Mengutip Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor Januari 2024, berikut lima golongan peralatan utama menurut kode standard international trade classification (SITC) nan dikirim Cina ke Indonesia pada Januari 2024:

- Suku cadang dan peralatan telekomunikasi

  • Berat bersih: 13.767.428 kilogram.
  • Nilai: US$ 585.400.430.

- Suku cadang dan peralatan pemanas dan pendingin

  • Berat bersih: 57.475.240 kilogram.
  • Nilai: US$ 260.382.855.

- Mesin dan peralatan lain untuk industri tertentu

  • Berat bersih: 32.560.616 kilogram.
  • Nilai: US$ 192.101.578.

- Peralatan listrik untuk membikin dan memutuskan rangkaian listrik

  • Berat bersih: 12.497.634 kilogram.
  • Nilai: US$ 156.966.660. 

- Mesin dan peralatan listrik lainnya

  • Berat bersih: 35.448.332 kilogram.
  • Nilai: US$ 145.752.850. Komoditas Tertentu

- Tembakau

  • Berat bersih: 2.671.351 kilogram.
  • Nilai: US$ 9.080.158.

Iklan

- Bawang Putih

  • Berat bersih: 1.129.683 kilogram.
  • Nilai: US$ 2.040.024. 

- Cabai

  • Berat bersih: 873.616 kilogram.
  • Nilai: US$ 1.986.809. 

- Ikan

  • Berat bersih: 1.349.289 kilogram.
  • Nilai: US$ 1.447.977. 

- Teh

  • Berat bersih: 55.888 kilogram.
  • Nilai: US$ 585.646. 

- Kopi

  • Berat bersih: 57.632 kilogram.
  • Nilai: US$ 259.630. 

- Lada

  • Berat bersih: 3.698 kilogram.
  • Nilai: US$ 10.869. 

- Garam

  • Berat bersih: 27.024 kilogram.
  • Nilai: US$ 3.585. 

Sementara tahun lalu, BPS mencatat realisasi impor non-minyak dan gas bumi (migas) dari Cina turun dibandingkan pada 2022, dari sebelumnya 34,05 persen menjadi 33,42 persen. Komoditas nan paling banyak dikirim ke Indonesia adalah gawai (smartphone) sebesar 3,14 persen dari total impor Negeri Tirai Bambu. 

“Tiga besar negara asal utama impor berturut-turut berasas share-nya adalah Tiongkok, ialah 28,02 persen, Jepang 7,41 persen, dan Thailand 4,57 persen. Dengan Tiongkok, komoditas paling banyak diimpor Indonesia adalah smartphone, dengan nilai US$ 1,95 miliar dolar alias mencakup 3,14 persen dari total impor Tiongkok,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konvensi pers nan ditayangkan di kanal YouTube, pada Senin, 15 Januari 2024. 

Pilihan editor: Ekonom Nilai Bea Masuk Hingga 200 Persen untuk Produk Cina Bisa Jadi Bumerang

MELYNDA DWI PUSPITA

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis