TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jokowi menyinggung 19 negara telah memberlakukan kebijakan restriksi perdagangan. Aturan-aturan itu membikin volume perdagangan dunia melesu.
Jokowi mengatakan over produksi di Cina membikin negara-negara mulai cemas dan bersiap melindungi pasar domestiknya. Banjir produk impor dari Cina nan masif menyebabkan nilai nan jauh lebih murah.
"Kita sebagai negara dengan pasar nan besar kudu bisa melindungi pasar domestik kita, kudu bisa memasarkan produk kita," kata Jokowi dalam Trade Expo Indonesia, ICE BSD, Tangerang Selatan, pada Rabu, 9 Oktober.
Dengan jumlah masyarakat terbesar ke-4 di bumi - 280 juta jiwa, Jokowi menginginkan Indonesia bisa menguasai pasar di dalam negeri dan juga terus merambah secara luas di pasar luar negeri. Eks Gubernur Jakarta ini mendorong pelaku industri agar memanfaatkan dengan betul digitalisasi.
Jokowi mengatakan Indonesia kudu masuk secara masif melalui metode non-konvensional untuk memasarkan produk-produk Negara kita Indonesia.
'Saat banyak negara melakukan restriksi akibat perang dagang, menurut saya di situ ada peluang," kata Jokowi.
Iklan
Fenomena overproduksi di Cina meningkatkan tensi jual beli antara Negeri Tiongkok dengan negara maju, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa. Produk Cina nan dinilai lebih murah dikhawatirkan menekan daya saing industri dalam negeri, terutama industri teknologi dan daya terbarukan.
Pemerintah mengkhawatirkan over produksi di Cina berakibat pada industri tekstil. Berdasarkan info Trade Map Kemenkop UKM, tercatat pada tahun 2022 terdapat sebanyak Rp 29,5 triliun potensi nilai produk tekstil Cina ke Indonesia. Sedangkan pada tahun 2021, potensi nilai tersebut sebanyak Rp 29,7 triliun.
Sementara itu, berasas info nan sama, pada tahun 2022 tercatat sebesar Rp 61,3 triliun nilai ekspor Cina ke Indonesia. Namun, import Indonesia ke Cina hanya sebesar Rp 31,8 triliun. Sedangkan pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp 58,1 triliun nilai ekspor Cina ke Indonesia, dan sebesar Rp 28,4 triliun nilai impor Indonesia ke China.
Dari info tersebut memunculkan dugaan adanya produk terlarangan nan masuk ke Indonesia. Dampaknya dari banyaknya peralatan nan masuk tanpa tercatat itu menyebabkan pasar dalam negeri kebanjiran peralatan impor terlarangan nan harganya murah.
Pilhan Editor: Jokowi Minta Penyebab Deflasi Beruntun Dicek Betul, Ini Penjelasan Ekonom