TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) alias Bank BRI Viviana mengatakan perseroannya menyambut baik hadirnya Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara). Melalui Danantara, Viviana mengatakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bakal makin elastis dan adaptif.
“Dapat bersaing dengan rekan kami di swasta,” kata Viviana dalam Paparan Publik Kinerja Keuangan Tahun 2024 secara virtual pada Rabu, 12 Februari 2024.
Baca buletin dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski begitu, Viviana mengatakan Bank BRI tetap menunggu ketentuan perincian menyangkut penyelenggaraan teknis saat tergabung di Danantara. Danantara merupakan lembaga pengelola investasi nan dibentuk pemerintah untuk mengelola biaya dan aset strategis negara. Peran lembaga ini menjadi upaya pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur, termasuk sektor perumahan rakyat.
Sempat tertunda, pemerintah disebut bakal meluncurkan Danantara pada bulan depan. Rencana itu diungkap Wakil Menteri Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo saat menghadiri Mandiri Investment Forum di Jakarta, Selasa, 11 Februari 2025.
Kartika mengatakan pemerintah bakal menyiapkan peluncuran Danantara setelah revisi UU BUMN rampung di Parlemen. “Mohon waktu satu bulan untuk memastikan bahwa ada perincian nan tepat dari badan ini. Dan kami bakal meluncurkan badan ini mudah-mudahan dalam bulan depan,” ucapnya di Hotel Fairmont Jakarta, Selasa 11 Februari 2025.
BP Danantara, kata dia, bakal jadi superholding perusahaan dan juga kendaraan investasi pemerintah Indonesia. Dalam konvensi pers seusai forum Kartika juga membenarkan waktu peluncuran nan disiapkan satu bulan dari sekarang. "Ya, sebulan lagi lah kurang lebih," kata dia.
Menurut dia, konsentrasi investasi Danantara bakal sejalan dengan sasaran pemerintah ke depan. Termasuk mendukung misi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto. “Seperti pangan, perumahan, energi, dan sebagainya. Jadi pasti align dengan program Asta Cita dan juga program transformasi BUMN ke depan,” ucapnya.
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai Danantara ini berpotensi menjadi sumber pendanaan strategis bagi perekonomian Indonesia. Namun, efektivitasnya sangat berjuntai pada tata kelola dan kredibilitas pengelolanya. Jika tidak dikelola dengan baik, inisiatif ini bisa kehilangan kepercayaan penanammodal global.
Menurut Josua, tujuan utama pembentukan Danantara adalah mengkonsolidasikan aset-aset BUMN nan selama ini tersebar. Dengan pengelolaan nan optimal, biaya kelolaan dapat meningkat dan menjadi sumber pembiayaan nan lebih kuat bagi investasi domestik.
"Konsep awalnya mirip dengan sovereign wealth fund (SWF), ialah menyatukan aset-aset BUMN agar bisa dioptimalkan. Jika dikelola dengan baik, ini bisa menjadi sumber pembiayaan krusial untuk pertumbuhan ekonomi," ujarnya dalam obrolan tentang langkah BI untuk stabilitas nilai tukar rupiah di Bank Indonesia Aceh, Sabtu, 8 Februari 2025.
Indonesia saat ini mempunyai Lembaga Pengelola Investasi (LPI) alias Indonesia Investment Authority (INA) sebagai SWF pertama. Dengan hadirnya Danantara, muncul pertanyaan apakah biaya ini dapat bersaing dengan SWF lain, seperti Temasek di Singapura alias Government Pension Fund Global milik Norwegia.
Josua menegaskan bahwa kredibilitas pengelola menjadi aspek penentu dalam menarik minat penanammodal global. Tanpa kepercayaan nan kuat, susah bagi Danantara untuk bersaing di tingkat internasional.
"SWF ini pasti bakal dibandingkan dengan Temasek dan lainnya. Oleh lantaran itu, kredibilitas sangat krusial agar penanammodal dunia percaya dan bersedia menempatkan dananya di Indonesia," kata dia.
Josua menekankan konsep Danantara memang menarik, tetapi penerapan di lapangan adalah aspek paling krusial. "Konsepnya sudah bagus, tapi nan lebih krusial adalah tata kelola di lapangan. Jika ini tidak dijalankan dengan baik, maka tujuan besar Danantara sebagai sumber pembiayaan investasi bisa susah tercapai," ucapnya.
Ilona Estherina dan Dinda Sabrina berkontribusi dalam penulisan tulisan ini.