BMKG: Musim Hujan Akan Panjang, Petani Bisa Dapat Hasil Panen Melimpah

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim hujan 2024-2025 bakal panjang, sehingga petani diharapkan lebih jeli memanfaatkannya untuk mendapatkan hasil panen padi melimpah.

Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan di Jakarta, Jumat, 18 Oktober 2024, mengatakan musim hujan tahun ini diprakirakan masuk lebih awal dan mencapai puncaknya pada bulan November,  sehingga semestinya petani bisa melakukan penanaman lebih awal.

Adapun rekomendasi nan diberikan oleh Kementerian Pertanian, penanaman bisa dilakukan petani pada pertengahan Oktober ini.

BMKG merinci puncak musim hujan periode ini jatuh pada November – Maret 2025 di sebagian besar wilayah di Indonesia dengan persentase 79,1 persen (total sebanyak 553 area musim/Zom) mengalami kategori normal alias tidak lebih basah dan tidak lebih kering.

Periode puncak musim hujan November – Desember 2024 diprakirakan terjadi antara lain di Sumatera, Pulau Jawa pesisir selatan, dan Kalimantan.

Pada periode Januari – Februari, Maret 2025 diprakirakan terjadi antara lain di Lampung, Pulau Jawa bagian utara, sebagian mini dari Pulau Sulawesi, Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sebagian besar Pulau Papua.

“Jadi pedoman info analisa ini perlu diperhatikan nan semestinya bisa digunakan untuk menanam lebih awal,” kata dia.

Dia berambisi pemerintah wilayah juga dapat menindaklanjuti perihal ini untuk membantu petani. Terlebih jangka waktu musim hujan nan lebih panjang November ke Februari-Maret tahun depan bakal berpotensi besar meningkatkan produktivitas pertanian.

“Harusnya iya. Petani kita berpotensi menghasilkan panen melimpah, barangkali bisa dua kali tanam pada April-Mei tahun depan,” katanya.

Iklan

Luas Tanaman Padi 1,2 Juta Hektare

Akademisi Agroteknologi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama, Ida Aryani mengatakan produktivitas pertanian padi erat kaitan dengan musim hujan nan membikin air irigasi melimpah, mengingat padi merupakan tanaman nan sangat berjuntai pada kesiapan air untuk tumbuh, terutama fase awal pertumbuhan dan pembentukan biji.

Jika musim hujan berjalan lebih lama seperti diprediksi oleh BMKG, kata dia, maka petani berkesempatan memanfaatkan waktu nan tersedia itu untuk melakukan hingga dua kali masa tanam sehingga lebih meningkatkan hasil produksi secara keseluruhan.

Kementan menargetkan ada sekitar 1,2 juta hektare luas tanam di seluruh wilayah jika musim tanam pertama dimulai Oktober 2024 dan diharapkan Januari 2025 bisa panen, dengan sasaran capaian hasil produksi 32,29 juta ton.

Namun di sisi lain, curah hujan nan terlalu tinggi alias terjadi hujan ekstrem dapat menyebabkan genangan air berlebih, sehingga menghalang pertumbuhan tanaman terutama terjadi pada fase pembungaan alias pematangan biji, apalagi hingga merusak tanaman padi.

Kondisi ini terjadi lantaran nutrisi krusial di tanah lenyap dicuci air jika tidak dikelola dengan baik, kemudian tumbuhnya penyakit seperti busuk akar, blast (penyakit jamur), dan (benih)penyakit wereng.

“Lingkungan nan lembab menjadi tempat ideal bagi (benih)penyakit dan penyakit berkembang, sehingga petani kudu lebih jeli waspada dalam pendampingan penyuluh pertanian lapangan di daerah,” kata dia.

Pilihan Editor Mengenal Stella Christie, Profesor Tsinghua University nan Ikut Dipanggil Prabowo ke Kertanegara

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis