TEMPO.CO, Sorong - Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kementerian Keuangan dan Kementerian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) telaah daya Biodiesel B35 sebagai upaya peningkatan penyediaan daya bersih secara berkelanjutan.
General Manager Kilang Kasim, Yodia Handhi Prambara, menjelaskan BPDPKS dan Kementerian ESDM baru-baru ini mengadakan kunjungan kerja ke Kilang Kasim, Papua Barat Daya untuk membahas kelancaran penerapan program Biodiesel B35, ialah campuran 35 persen Biodiesel dalam minyak solar.
Ia menerangkan, KPI RU VII Kasim merupakan kilang paling Timur di Indonesia nan dibangun pada 1995. “Kilang ini baru produksi pada Juli 1997 dengan kapabilitas 10 ribu barel per hari dengan produk Pertalite, Bio Solar B35 dan LSFO V-350," ujar Yodia dalam keterangan nan diterima di Sorong, Jumat, 10 Mei 2024.
B35, sebut dia, merupakan produk campuran bahan bakar nabati dengan komposisi 35 persen minyak sawit (FAME) dan 65 persen BBM jenis solar.
“Ini merupakan program Kementerian ESDM untuk meningkatkan penyediaan daya bersih secara berkepanjangan nan perlu didukung kesiapan minyak kelapa sawit oleh perusahaan sawit melalui BPDPKS” kata Yodia.
Program Biodiesel B35 merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk meningkatkan penyediaan daya bersih secara berkelanjutan. Untuk itu, diperlukan support dari beragam pihak, termasuk BPDPKS dan perusahaan sawit.
"Implementasi Biodiesel B35 diharapkan dapat memberikan faedah ekonomi bagi masyarakat, seperti penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan petani kelapa sawit," ujar Yodia .
Beberapa poin krusial dari pembahasan BPDPKS dan Kementerian ESDM mengenai Biodiesel B35 antara lain komitmen BPDPKS untuk menjaga suplai minyak kelapa sawit, kemudian menganggap Biodiesel B35 merupakan program krusial untuk meningkatkan penyediaan daya bersih, sehingga dapat memberikan faedah ekonomi bagi masyarakat.
Selanjutnya: Bagi Yodia, kunjungan kerja BPDPKS dan Kementerian ESDM ke Kilang Kasim....
- 1
- 2
- Selanjutnya