PERUSAHAAN Umum Bulog mengatakan terdapat kurang 0,1 persen dari 3,9 juta ton persediaan beras pemerintah (CBP) nan mendapat prioritas perbaikan kualitas alias reprocess.
“Reproses ialah langkah nan dilakukan sebagai tindakan perbaikan beras agar kualitas terjaga, dapat disalurkan dan layak untuk dikonsumsi,” kata Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto dalam keterangan tertulis, Kamis, 4 September 2025.
Suyamto menyatakan saat ini Bulog telah menyerap sebanyak 3,9 juta ton beras. Adapun sekitar 75 persen alias 2,95 juta ton beras merupakan hasil pengadaan dalam negeri. Sementara sisanya merupakan beras impor pada akhir 2024.
Ia mengatakan Bulog mempunyai prosedur pemeliharaan beras di penyimpanan secara berkala dan sistem pengendalian mutu nan ketat melalui sistem Pengelolaan Hama Gudang Terpadu (PHGT).
Beberapa upaya nan dilakukan Bulog untuk menjaga kualitas beras, kata Suyamto, adalah merawat secara rutin, mulai dari spraying untuk mencegah hama, fumigasi jika terdapat indikasi serangan hama, hingga monitoring harian terhadap kondisi penyimpanan dan lingkungan penyimpanan.
Suyamto mengatakan Bulog secara periodik memeriksa kualitas beras di laboratorium terakreditasi nasional untuk memastikan kepantasan konsumsi.
Suyamto menuturkan uji kualitas beras dilakukan terakhir kali pada Agustus 2025 di Laboratorium PT Saraswanti Indo Genetech dan Laboratorium PT Sucofindo. Menurut dia, hasil uji laboratorium menunjukkan beras nan disimpan di penyimpanan Bulog mempunyai kandungan nan tetap memenuhi persyaratan nan telah ditetapkan.
Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdani memastikan seluruh beras nan disalurkan untuk program pemerintah, baik melalui program stabilisasi pasokan dan nilai pangan (SPHP) maupun support pangan selalu melalui pemeriksaan jumlah dan kualitas sebelum dilakukan pengemasan ulang.
“Bulog berkomitmen untuk memastikan beras nan sampai ke masyarakat selalu dalam kondisi baik dan layak konsumsi," kata Rizal.
Per 20 Agustus 2025, Bulog menyimpan stok beras 3,1 juta ton. Sebanyak 194 ribu ton di antaranya telah disimpan lebih dari satu tahun. Stok ini terdiri atas 165 ribu ton beras impor dan 29 ribu ton beras dalam negeri. Selain itu, ada 993 ribu ton beras berumur 7-12 bulan, 1,33 juta ton berumur 4-6 bulan, 1,06 juta ton berumur 2-3 bulan, dan 318 ribu ton berumur simpan 0-1 bulan.
Guru besar IPB University, Dwi Andreas Santosa, memperkirakan sekitar 100 ribu ton stok beras nan disimpan Bulog bakal menjadi disposal alias terbuang lantaran tak layak konsumsi. Dengan begitu, dia menaksir potensi kerugian negara mencapai Rp 1,2 triliun. "Ini kalkulasi paling rendah," ujarnya pada Rabu, 27 Agustus 2025.
Menurut Andreas, kondisi tahun ini persis dengan delapan tahun lalu. Ketika itu nilai beras terus naik, apalagi tak ada bulan ketika nilai beras turun. Setahun kemudian, pemerintah memutuskan mengimpor beras 2,3 juta ton. Ujung-ujungnya, pemerintah mendapati 20 ribu ton beras menjadi stok disposal pada 2019.
1 bulan yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·