Cerita Peran Prabowo di Balik Terpilihnya Taruna Ikrar Sebagai Kepala BPOM

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, JakartaTaruna Ikrar, nan baru saja dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI untuk periode 2024-2029 menceritakan peran krusial Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam perjalanan karirnya itu.

"Saya adalah diaspora. Saya bekerja dan belajar mulai dari Indonesia, terus Jepang, Eropa, dan Italia, dan bertempat tinggal di Amerika. Nah tentu, dan saya juga kan sebagai kepala konsul master sedunia," katanya di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin.

Sejak Maret 2024 Taruna telah menjalani serangkaian pertimbangan untuk uji kepatutan sebagai kandidat kepala BPOM menggantikan posisi Penny K Lukito atas rekomendasi presiden terpilih Prabowo Subianto. "Itu atas rekomendasi presiden terpilih sebetulnya, Bapak Prabowo," kata Taruna Ikrar.

Hasil dari uji kepatutan itu, kata Taruna, kemudian diproses oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. "Akhirnya semalam, pada interview terakhir, diputuskan lah, dan pada akhirnya juga terima kasih banyak kepada Bapak Presiden Jokowi nan telah mengangkat dan melantik kami," katanya.

Pria nan pernah berstatus sebagai pegawai BPOM pada 2008 hingga 2022 itu mau meraih tujuan utama BPOM untuk meningkatkan status lembaga tersebut ke tingkat dunia lewat pengalamannya sebagai diaspora.

Taruna menyatakan peningkatan kualitas dan reputasi BPOM dapat membawa lembaga itu bersaing di pasar internasional, memastikan bahwa produk-produk nan disetujui oleh BPOM diterima secara dunia dan mendukung ekspor Indonesia.

Peraih gelar S2 Farmakologi Kedokteran Universitas Indonesia itu menyoroti pentingnya penemuan dalam proses izin obat dan makanan untuk meningkatkan efisiensi dan mengikuti perkembangan teknologi.

Iklan

Taruna mengatakan percepatan pengesahan obat, khususnya nan sudah terbukti di negara lain, kudu diterapkan tanpa mengabaikan standar nan ada.

Hal ini krusial lantaran laporan masyarakat menunjukkan adanya keterlambatan dalam pengesahan obat, meskipun obat tersebut sudah melalui uji coba di luar negeri, kata Taruna.

Dalam konteks makanan, Taruna menyebut perkembangan teknologi seperti engineering genetik telah membawa penemuan besar, seperti produksi daging dari sel. BPOM perlu menyesuaikan izin dan standar untuk produk-produk inovatif ini.

Selain itu Taruna menekankan potensi produk lokal, seperti jamu herbal Indonesia nan kaya bakal bahan alami seperti kurkumin dan kunyit, untuk dikembangkan lebih lanjut.

Ia juga mengungkapkan kekhawatiran mengenai ketergantungan pada bahan baku impor untuk obat nan mencapai 94 persen. Menurutnya, perlu ada langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan ini dan menurunkan biaya obat.

Pilihan Editor: Ekonom Indef: Warisan Utang Jokowi bakal Menyulitkan Pemerintahan Prabowo

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis