Curhat Menkes: Kenapa Anggaran Pendidikan Lebih Besar dari Kesehatan?

Sedang Trending 3 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Yogyakarta, CNN Indonesia --

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengaku pernah berbincang kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal anggaran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud) nan lebih besar daripada Kementerian Kesehatan.

Hal tersebut disampaikan Budi saat memberikan sambutan dalam aktivitas peluncuran Fakultas Kedokteran Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta (Unisa), Sleman, DIY, Rabu (4/9). Turut datang dalam aktivitas itu Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya suka berargumentasi, sehat itu duluan dari pinter. Bukan lantaran menteri kesehatan, saya suka bilang, 'Pak Presiden (Joko Widodo), kenapa jika mobilnya Pak Nadiem (Mendikbudristek, Nadiem Makarim) RI 27, mobilnya Budi Sadikin RI 28, maksudnya bapak? Kebalik pak, harusnya kesehatan duluan di depan," kata Budi.

"Kenapa anggaran pendidikan itu lebih besar dari anggaran kesehatan, harusnya dibalik, pak," ujarnya menambahkan.

Budi mengatakan baik Kemenkes maupun Kemendikbud sama-sama menjalankan kegunaan dan tugas penting. Meskipun demikian, dia beranggapan prioritas anggaran semestinya tetap pada kementeriannya.

Menurutnya, Kemenkes sudah kudu menjaga kesehatan setiap anak dari usia tetap minus sembilan bulan. Budi menyebut pihaknya juga memikirkan masalah gizi untuk mengantisipasi stunting sejak anak tetap dalam kandungan.

"Menteri pendidikan itu kerjanya dia bikin program pemerintah pada saat anaknya udah usia empat tahun, bikin program PAUD, gitu segala macam," ujarnya.

"Dan minta maaf pak, nan namanya menteri pendidikan itu hanya ngurusin nan berkepentingan sampai pada usia 19, 22 tahun, ya jika diambil dokter, master spesialis, Phd 30, 40 tahun. Kalau menteri kesehatan ngurusnya sampai wafat, pak. Jadi kan harusnya lebih krusial lantaran lebih banyak (tugasnya)," kata Budi melanjutkan.

Budi menekankan bahwa apa nan dirinya sampaikan berasas perspektif alias logika sederhana seorang insinyur nan didaulat sebagai menteri kesehatan.

"Itu adalah logika nan simpel seorang engineer jadi menteri kesehatan, berupaya berargumentasi dengan orang-orang pendidikan nan isinya profesor-profesor, semua. Nggak, nggak.. saya berbual aja, dua-duanya (kesehatan dan pendidikan) sama pentingnya, dua-duanya sama pentingnya," kata jebolan Teknik Fisika Nuklir ITB itu.

Memajukan sektor kesehatan dan pendidikan, kata Budi, sama pentingnya bagi pemerintah nan mau menjadikan negara ini sebagai Indonesia Emas dan Negara Maju.

Budi menjelaskan sukses alias tidaknya sebuah negara dikategorikan 'maju' secara umum dapat dilihat dari puncak bingkisan demografi, ialah masa di mana usia produktif lebih besar dibandingkan usia non-produktif. Indonesia diprediksi bakal mencapai puncak bingkisan demografi pada 2030.

Mantan Wamen BUMN itu menyebut bahwa Indonesia perlu memenuhi kriteria negara maju, salah satunya ditimbang dari pendapatan per kapita masyarakat sebesar US$14 ribu per tahun alias Rp15 juta per bulan. Agar tercapai, Indonesia perlu mencetak generasi sehat dan produktif.

"Tapi teman-teman, untuk bisa menjadi negara maju kita kudu mempunyai bangsa nan sehat dan pandai lantaran jika tidak sehat dan pandai nggak mungkin pendapatannya 14 ribu USD per tahun per kapita, jika itu tidak tercapai nggak mungkin kita jadi negara maju," kata Budi.

"Dan jika kita tidak jadi negara maju dalam enam sampai sepuluh tahun ke depan kita dosa ke generasi sesudah kita lantaran kita gagal. Diberikan amanah di masa ini ada window of opportunity untuk ini jadi negara maju," ujarnya.

(kum/fra)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional