Dampak Kemenangan Donald Trump ke Pasar Modal Diprediksi Tidak Separah 2016

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Kemenangan Donald Trump di kontestasi pemilihan presiden Amerika Serikat membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi pada pekan lalu. Kondisi serupa juga pernah terjadi saat politisi Partai Republik itu memenangkan pilpres AS pada 2016 silam.

Research Analyst Mirae Asset Sekuritas, Rizkia Darmawan, mengatakan pasar modal Indonesia pernah mencatat aliran modal keluar alias capital outflow selama 28 hari kerja bursa secara konsekutif saat Trump memenangi pilpres AS pada 2016 silam. Namun, dia memproyeksikan tahun ini kondisi serupa tidak kembali terjadi.

“Ekspektasinya tahun ini, lantaran market juga sudah mengekspektasikan kemenangan Trump, maka semestinya tidak sampai 28 hari,” kata Darmawan saat ditemui wartawan di Jakarta Selatan, Selasa 12 November 2024.

Seperti diketahui, IHSG turun 2,91 persen ke level 7.287 pada perdagangan 4-8 November 2024 dibanding pekan sebelumnya nan ditutup di level 7.505. Selain itu, Darmawan juga mencatat sudah ada aliran modal asing nan keluar sekitar Rp6 triliun sepekan perdagangan lalu. Kondisi itu, menurutnya memang terjadi lantaran banyak modal nan ditarik kembali ke AS.

Selain itu, dia mengatakan kemenangan Donald Trump memicu terjadinya sentimen penghindaran akibat (risk-off) nan menyebabkan peningkatan perubahan di pasar keuangan. Hal ini bakal mempunyai akibat nan cukup besar terhadap penentuan arah kebijakan di Indonesia, baik kebijakan moneter, maupun kebijakan pemerintah nan meliputi kebijakan fiskal maupun kebijakan di bagian perdagangan internasional.

“Meskipun demikian, perekonomian Indonesia menunjukkan stabilitas dan ketahanan meskipun berada dalam rezim suku kembang nan tinggi,” kata dia.

Sebelumnya, pengajar Universitas Prasetiya Mulya sekaligus pendiri Hungrystock, Lukas Setia Atmaja, mengatakan riwayat Trump saat menjabat sebagai Presiden ke-45 AS jadi salah satu sentimen nan membikin IHSG anjlok. Menurutnya, Trump dikenal dengan riwayat perang jual beli dengan Cina dengan penerapan tarif impor nan tinggi ke negara Tirai Bambu tersebut.

“(Kemenangan Trump) ini pasti dampaknya ke ekonomi Cina. Nah, jika Cina kena, pasti kita juga kena. Karena kita mitra dagangnya Cina,” kata Lukas dalam obrolan nan disiarkan di YouTube IDX, dikutip Senin, 11 November 2024.

Selanjutnya, Lukas menilai Trump mempunyai arah kebijakan untuk meningkatkan suplai produk sehingga nilai komoditas menurun. Selain itu, juga berambisi meningkatkan daya beli masyarakat AS. Sehingga, kata dia, inflasi AS condong bakal tinggi.

“Suku kembang condong tinggi, perang jual beli tarif tinggi juga membikin dolar bakal menguat. Dolar menguat itu bad news buat kita,” ujarnya.

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis