Duet PDIP-PKB Tantangan Serius Bagi KIM di Pilgub Jakarta dan Jatim

Sedang Trending 3 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Dua kekuatan utama dari poros berbeda di Pilpres 2024, PDIP dan PKB, memberi sinyal untuk berkoalisi di Pilgub Jakarta dan Pilgub Jawa Timur. Sejumlah pengamat politik menilai koalisi ini bakal menjadi penantang serius untuk poros Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Wacana koalisi itu sempat diutarakan Ketua DPP PDIP Eriko Sotarduga. Dia menyebut ada obrolan kerja sama dan saling tukar posisi cagub dan cawagub di dua provinsi. Hal itu pun dibenarkan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.

"Ya sekarang memang untuk pilgub ini ada bajan berhubungan. Kerja sama partai politik antar satu provinsi dengan provinsi lain sehingga apa nan disampaikan oleh Pak Eriko itu tepat sekali," ungkap Hasto setelah menghadiri Soekarno Run di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (30/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Jakarta, sejumlah elite PDIP sudah mengakui kesukaan mengusung Anies Baswedan, calon gubernur nan telah diusung PKB dan PKS. Partai Banteng pun menyodorkan sejumlah kader, seperti Andika Perkasa dan Pramono Anung, untuk menjadi calon wakil gubernur.

Niatan itu disambut baik Ketua DPP PKB Luluk Nur Hamidah dengan wacana pembentukan koalisi besar saingan KIM. Dia pun meletakkan kesukaan terhadap Andika sebagai cawagub.

Untuk mengusung cagub dan cawagub di Pilgub DKI Jakarta, partai alias campuran partai perlu 21 bangku DPRD. PDIP mempunyai 15 kursi, sedangkan PKB 10 kursi. Sementara itu, PKS meraih 18 kursi.

Di Jawa Timur, PKB telah mendeklarasikan support terhadap Marzuki Mustamar. Adapun PDIP mencalonkan tiga nama, ialah Tri Rismaharini, Pramono Anung, dan Azwar Anas.

Ketua DPD PDIP Jawa Timur Said Abdullah mengaku sudah ada pertemuan elite PDIP dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar pada 30 Mei.

"Apakah kami orang pertama alias PKB orang pertama pembicaraannya tetap berlanjut," tutur Said.

Untuk mengusung cagub dan cawagub di Pilgub Jatim, diperlukan 24 bangku DPRD. PKB mempunyai 27 kursi, sedangkan PDIP 21 kursi. PKB bisa mengusung pasangan calon sendiri lantaran melampaui periode pemisah pencalonan.

Pengamat dan peneliti politik Universitas Andalas Asrinaldi menilai wacana koalisi PKB dan PDIP ini serius. Dia memandang potensi besar koalisi tersebut melawan poros KIM nan berada di barisan pemerintah.

Asrinaldi berbicara poros ini terbentuk lantaran poros Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud nan kalah di Pilpres 2024 bergabung. Dia menyebut poros ini punya kesempatan menang jika setiap partai menurunkan ego masing-masing.

"Ini seperti pilpres jilid kedua. Bedanya, kali ini tidak ada sosok dominan seperti Prabowo-Gibran. Tinggal siapa sosok nan bakal diusung oleh PKB dan PDIP di DKI dan Jatim," kata Asrinaldi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (3/7).

Asrinaldi mengatakan koalisi PKB dan PDIP di Jawa Timur agak lebih mudah. Mereka tinggal menentukan siapa nan berkuasa atas bangku calon gubernur dan wakil gubernur.

Hubungan rumit terjadi di Pilgub DKI Jakarta. Asrinaldi mengatakan ada aspek PKS, peraih bangku terbanyak di DPRD DKI Jakarta, nan juga mengusung Anies.

"Kalau PKS sudah melunak, mungkin bisa dipertimbangkan calon-calon dari PDIP alias PKB. Sebab di poros KIM sudah mengerucut ke sosok RK nan dekat dengan milenial dan gen z lewat medsos," ujarnya.

Dia menambahkan, "Dari PDIP ada Andika, Pramono Anung Seskab. PKB juga banyak, seperti Bu Ida Fauziyah nan lebih kuat."

Dihubungi terpisah, peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Jati menilai koalisi PKB dan PDIP ini punya potensi besar di Jakarta. Hal itu lantaran dinamika tetap cair dan sosok Anies sangat kuat.

Meski begitu, tantangannya muncul dari hubungan PDIP dengan PKS. Dia mempertanyakan apakah dua partai ini bisa berkoalisi setelah sebelumnya selalu berseberangan.

"Itu menjadi semacam teka-teki apakah PDIP berasosiasi dengan PKS mengusung sosok nan sama. Ataukah PDIP punya sosok sendiri dan membentuk poros ketiga selain Anies dan RK?" ucap Wasisto.

Sementara itu, di Jatim kemungkinan bakal lebih mudah. Hal itu lantaran sosok Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak nan diusung KIM sudah begitu kuat.

Di sisi lain, ada PKB nan berstatus peraih bangku terbanyak di DPRD Jatim. Begitu pula PDIP nan menduduki ranking kedua. Wasisto beranggapan dua partai itu tentu tak mau KIM hanya melawan kotak kosong.

"Saya pikir perlu dicari musuh seimbang. Kemarin PKB mengusulkan Kiai Marzuki Mustamar, mungkin bisa menjadi opsi," ujarnya.

"Kalau Risma tergantung kesepakatan PDIP dengan PKB. Siapa nan menjadi calon gubernur, siapa nan wakil gubernur."

(dhf/isn)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional