TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen selama masa pemerintahannya. Jauh dari sasaran itu, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya bakal mencapai 5,7 persen hingga 2029. Ekonom Bright Institute, Awalil Rizky, menjelaskan pertumbuhan 8 persen mustahil tercapai tanpa perubahan kebijakan nan mendasar.
Proyeksi IMF tertuang dalam arsip World Economic Outlook jenis Oktober 2024. Berdasarkan laporan itu, tahun depan ekonomi RI diprediksi tumbuh 5,7 persen, setelah tahun ini tumbuh 4,96 persen. Sementara untuk 2026, proyeksi pertumbuhan ekonomi mencapai 5,6 persen, dan untuk 2027 sebesar 5,7 persen. Kemudian pada 2028, ekonomi Indonesia diramal tumbuh 5,6 persen dan selanjutnya 5,7 persen di tahun 2029.
Proyeksi ini lebih rendah daripada proyeksi pemerintah nan tertuang dalam Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, ialah dalam kisaran 5,1 – 5,5 persen tahun depan dan tumbuh hingga 5,8 – 6,6 persen pada 2029. “Menurut saya, kemungkinan tumbuh 8 persen dari proyeksi IMF ini tidak ada. Mustahil. Kalau mau diubah berfaedah kudu ada perubahan mendasar,” ujar Awalil dalam webinar Proyeksi IMF: Ekonomi Indonesia Tidak Kinclong pada Selasa, 29 Oktober 2024.
Walaupun proyeksi IMF tersebut jauh di bawah sasaran pemerintah RI, Awalil mengartikan prediksi itu sebenarnya tetap tergolong optimistis lantaran nilainya tidak jauh dengan rata-rata negara sebaya di Asia. IMF dalam laporannya juga memproyeksikan indikator-indikator lain seperti inflasi, tingkat pengangguran, defisit APBN, utang, dan transaksi berjalan.
Iklan
Berdasarkan kajian Awalil terhadap indikator-indikator tersebut, terdapat kemungkinan ekonomi Indonesia menjadi tidak baik. Sebab, beberapa parameter seperti tingkat pengangguran dan investasi hingga 2029 diprediksi kurang baik. “Proyeksi IMF itu memperlihatkan sebetulnya ekonomi Indonesia ini rawan jika ada kejadian tidak terduga, external shock,” ujarnya.
Ia lantas menyarankan agar pemerintah tidak mengejar nomor 8 persen, melainkan mengejar kualitas pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Menurut dia, kriteria pertumbuhan ekonomi nan berbobot berfaedah produksi meningkat dan ada keseimbangan di masyarakat. “Kalau pemerintahan Prabowo bisa membikin rata-rata pertumbuhan 6 persen nan sangat berkualitas, umpama beliau panjang umur dan rakyat menerima perubahan nan bagus itu, maka kita bisa bicara soal 8 persen di periode keduanya,” kata dia.
Pilihan editor: AirAsia Indonesia Bukukan Pendapatan Rp 4,93 Triliun di Kuartal III 2024, Naik 20 Persen