Faisal Basri Gebrak Mafia Migas di Awal Pemerintahan Jokowi

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Faisal Basri meninggal lantaran serangan jantung pada Kamis, 5 September 2024, dalam usia 65 tahun. Mantan Menteri ESDM, Sudirman Said, mengenangnya sebagai ketua Satgas Anti-Mafia Migas pada awal pemerintahan Presiden Jokowi pada 2014.

"Bang Faisal adalah pribadi nan kuat memegang prinsip, jujur, sederhana, dan tak henti memperjuangkan kebenaran sampai ujung usianya," kata Sudirman Said di Jakarta, Kamis.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjuk Faisal Basri sebagai Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi pada 14 November 2024.  Tim, nan sering dijuluki Satgas anti-Mafia Migas  ini bekerja memberi rekomendasi kepada Kementerian mengenai dengan pengelolaan minyak dan gas bumi.

"Mengatasi masalah sistem kudu dengan sistem," kata Sudirman Said, seperti dikutip Tempo, 16 November 2014. 

Tim Satgas mendapat empat tugas, ialah me-review seluruh proses perizinan dari hulu ke hilir, menata ulang kelembagaan nan mengenai dengan pengelolaan minyak dan gas, mempercepat revisi Undang-Undang Migas, dan merevisi proses upaya untuk mencegah adanya pemburu rente dalam setiap rantai nilai industri migas

Ketika masa tugasnya berakhir, Faisal dan kawan-kawan memberikan rekomendasi mengenai reformasi tata kelola migas, salah satunya pembubaran Pertamina Energy Trading Limited (Petral) setelah lebih dulu mengganti sejumlah petinggi, nan sejak era Orde Baru bak sarang penyamun.

Iklan

Selain Petral, rekomendasi lain berupa pengalihan kewenangan impor minyak mentah dan bahan bakar minyak oleh Petral ke ISC (integrated suplpy chain) dinilainya tak memuaskan. Menurut dia, aktivitas pembelian minyak nyatanya tetap melalui Petral.

"Karena trader bilang, 'It looks to me business as usual'," ujarnya. Tim Reformasi menemukan kecurangan Petral dalam pengadaan melalui perusahaan minyak pemerintah asing (NOC). Dengan pola ini, rantai pengadaan minyak terkesan pendek. Kenyataannya, banyak perusahaan minyak nasional nan sebenarnya tak mempunyai sumber minyak sendiri.

Kecurigaan muncul saat Maldives NOC Ltd sukses menang tender pengadaan. Perusahaan ini jelas-jelas tak mempunyai sumber minyak. Berdasarkan info nan diperoleh Faisal, Maldives NOC beberapa kali digunakan sebagai kedok untuk memenuhi ketentuan pengadaan minyak oleh Petral.

Bagi Sudirman Said, pemilihan Faisal Basri sebagai ketua Tim Satgas, didasari reputasinya sebagai orang nan jujur, teguh dan kompeten. "Karena kejujuran, keteguhan, dan kompetensinya saya memimta Faisal Basri untuk memimpin Tim Reformasi Tata Kelola Migas," katanya.

Tim ini dibentuk untuk membenahi sektor Migas dan menangani rumor mafia migas sebagaimana mandat Presiden Joko Widodo kepada Sudirman sebagai Menteri ESDM pada waktu itu.

"Berkat kepemimpinan dan kredibilitas Pak Faisal Basri, banyak mahir nan secara sukarela berasosiasi dalam tim tersebut. Mereka datang dari kalangan praktisi migas, termasuk nan bekerja di perusahaan internasional, mahir hukum, ekonom, mahir kebijakan publik, dan civil society maupun kalangan kampus."

"Bagi kami di ESDM Tim mencatat sukses besar. Hampir seluruh rekomendasi dijalankan semasa saya tetap menjabat sebagai menteri. Sebagian dilanjutkan oleh menteri berikutnya," kata Sudirman nan dicopot sebagai Menteri ESDM oleh Jokowi pada 27 Juli 2016, setelah gempar kasus "papa minta saham"

"Persahabatan saya dengan Pak Faisal telah berjalan sejak masa masa sebelum reformasi.  Bersama membikin bernagai inisiatif dan gerakan.  Ikut terlibat dalam beragam tindakan lapangan, termasuk demo kasus Cicak Buaya.  Saya mendukung Pak Faisal ketika maju sebagai Cagub Independen dalam Pilkada Jakarta pada 2011.

Pilihan Editor Presiden Jokowi Juga Naik Kijang Innova Zenix seperti Paus Fransiskus, Ini Kata Istana

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis