Harga Emas Berpotensi Bisa Tembus US$ 3000, Analis: Belum Saatnya Jual

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta -Analis mata duit dan komoditas, Lukman Leongarga menyarankan para penanammodal emas menahan diri dari aktivitas penjualan emas saat ini. Menurutnya, harga emas secara dunia tetap bisa terus mengalami peningkatan. 

“Walau sudah naik sangat tinggi, namun nilai emas internasional tetap berpotensi kembali naik hingga US$ 2700-3000,” tuturnya saat dihubungi Tempo, Sabtu, 21 September 2024. “Jadi, belum saatnya jual,” katanya lebih lanjut. 

Meski nilai emas PT Aneka Tambang alias Antam sempat ambruk sebesar Rp 10.000 pada Kamis, 19 September 2024, menjadi Rp 1.430.000, terjadi eskalasi di satu hari setelahnya. Tercatat ada kenaikan Rp 13.000 pada Jumat, menjadikan nilai emas jadi Rp1.443.000 untuk setiap gramnya. 

Berdasarkan info terkini pada laman Logam Mulia Antam, kenaikan nilai emas kembali terjadi di hari ini hingga menyentuh nomor Rp 1.455.000 per gram. Artinya, terjadi peningkatan sebesar Rp 12.000 dari perdagangan di hari sebelumnya. 

Lebih lanjut, kenaikan nilai emas beberapa sesi terakhir, menurut Lukman Leong disebabkan pemangkasan suku kembang dengan total 50bps oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) di minggu ini. Lukman mengkategorikannya sebagai pemotongan “jumbo” nan momentumnya diproyeksi tetap bakal terus bersambung hingga pekan depan. Artinya, indeks dolar bakal kembali mengalami pelemahan nan mendukung nilai emas bumi mengalami penguatan.

Di samping itu, kondisi politik bumi saat ini turut berkedudukan dalam kenaikan nilai emas global. Sebagai contoh, terjadinya peningkatan kekhawatiran dan tensi nan intensif di Timur Tengah serta perang di Ukraina nan tetap terus memanas sejak dimulainya pada Februari 2022. 

Iklan

Contoh lain, terjadinya perlambatan nan dialami ekonomi Cina. Sebagaimana nan tertulis dalam kajian Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, pertimbangan Cina untuk menghapus pembatasan besar pada pembelian rumah menjadi salah satu aspek melemahnya indeks dolar. 

Menurut Ibrahim, buruknya catatan info neraca perdagangan Cina bakal mendorong People's Bank of China (PBoC) alias Bank Sentral Cina menurunkan suku kembang secara bertahap. Langkah ini dilakukan demi memberikan dorongan bagi sektor properti nan sedang terpuruk. Salah satunya, untuk membangkitkan kembali UMKM negara agar dapat kembali beraksi secara optimal.

Hammam Izzuddin berkontribusi dalam penulisan tulisan ini.

Pilihan editor: Harga Emas Antam Terus Naik, Hari Ini Sentuh Rp1.455.000 per Gram

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis