TEMPO.CO, Jakarta - Warga Muslim di Indonesia umumnya bakal merayakan Idul Adha pada Senin, 17 Juni 2024, sehari lebih lambat dari di Arab Saudi.
Pada tahun-tahun sebelumnya, Muhammadiyah dan Saudi biasanya merayakan Idul Adha pada hari nan sama. Menurut PP Muhammadiyah, penyebab perbedaan ini terletak pada metode penentuan awal bulan kamariah nan digunakan oleh masing-masing pihak, ialah Wujudul Hilal dan Rukyatul Hilal.
Wujudul Hilal adalah metode nan digunakan oleh Muhammadiyah saat ini untuk menentukan awal bulan kamariah. Menurut metode ini, bulan kamariah baru dimulai andaikan pada hari ke-29 bulan berjalan, saat mentari terbenam, terpenuhi tiga syarat secara kumulatif:
Pertama, telah terjadi konjungsi (ijtimak); kedua, konjungsi terjadi sebelum mentari terbenam; dan ketiga, pada saat mentari terbenam, bulan (piringan atasnya) tetap di atas ufuk. Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka umur bulan digenapkan menjadi 30 hari.
Dikutip dari laman resmi PP Muhammadiyah, pada 6 Juni 2024, nan bertepatan dengan 29 Zulqa’dah 1445 H menurut almanak Muhammadiyah, konjungsi belum terjadi ketika maghrib tiba. Konjungsi baru terjadi pada pukul 19:04 WIB, sehingga syarat untuk memulai bulan baru tidak terpenuhi.
Oleh lantaran itu, Muhammadiyah menggenapkan bulan Zulqa’dah menjadi 30 hari. Dengan demikian, 1 Zulhijah 1445 H ditetapkan pada Sabtu, 8 Juni 2024, sehingga Idul Adha jatuh pada Senin, 17 Juni 2024.
Sementara itu Saudi menggunakan penghitungan Rukyatul Hilal, ialah metode nan mengandalkan pemantauan bulansabit (bulan sabit pertama) secara visual saat mentari terbenam pada tanggal 29 bulan kamariah. Rukyat dilakukan hanya jika telah terjadi konjungsi bulan-matahari dan pada saat mentari terbenam, bulansabit berada di atas ufuk dan dalam posisi nan memungkinkan untuk terlihat.
Jika pada tanggal tersebut bulansabit tidak terlihat, baik lantaran aspek cuaca alias memang bulansabit belum tampak, maka bulan kamariah digenapkan menjadi 30 hari.
Iklan
Pemerintah Arab Saudi, nan menggunakan metode Rukyatul Hilal, mengumumkan bahwa bulansabit sukses terlihat pada maghrib 6 Juni 2024. Dengan penampakan bulansabit ini, mereka menetapkan bahwa Jumat, 7 Juni 2024, adalah awal Zulhijah 1445 H. Berdasarkan keputusan ini, Idul Adha dirayakan pada Ahad, 16 Juni 2024.
Solusi untuk menyamakan hari-hari besar bulan Islam seperti hari Arafah dan Idul Adha adalah menggunakan Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT). KHGT mempunyai prinsip satu hari satu tanggal nan sama di seluruh dunia. Dengan penerapan KHGT, diharapkan tidak bakal ada lagi perbedaan dalam seremoni hari-hari besar Islam, termasuk Idul Adha, sehingga seluruh umat Islam di beragam bagian bumi dapat merayakannya secara serempak.
Idul Adha di Malaysia
Umat Islam di Malaysia juga bakal merayakan Aidiladha pada 17 Juni 2024, menurut asisten sekretaris Konferensi Penguasa, Aseral Jusman, seperti dikutip dari Free Malaysia Today, 7 Juni 2024.
Dalam pengumuman nan ditayangkan di RTM, dia juga menyatakan bahwa 1 Zulhijjah 1445 Hijrah bakal jatuh 8 Juni 2024. Oleh lantaran itu, Hari Raya Kurban (10 Zulhijjah) untuk seluruh negara bagian di Malaysia bakal jatuh pada Senin, 17 Juni 2024.
Umat Muslim di Singapura juga merayakan Idul Adha pada Senin, 17 Juni 2024.
Pilihan Editor Kerabat Jokowi hingga Timses Prabowo jadi Komisaris, Pengamat: BUMN Tak Akan Pernah Naik Kelas