Serang, CNN Indonesia --
Kapal kargo berbendera Singapura, Dali, nan sempat menabrak kemudian meruntuhkan jembatan Francis Scott Key di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat, pada Selasa, 26 Maret 2024, mendapat pengawalan ketat dari Samudera Hindia melintasi Selat Sunda hingga ke Laut Jawa.
Dua kapal tunda alias tugboat milik PT Pelabuhan Cilegon Mandiri (PCM), mengawal Kapal Dali selama 42 jam. Keduanya bekerja membuka jalur, agar tidak bersenggolan dengan kapal lainnya di Selat Sunda.
"Masuknya dari Samudera Hindia, kita jemputnya di dekat Samudera Hindia itu, kita escort sampai keluar Selat Sunda, sampai ke Laut Jawa situ," ujar Eko Didik Harnoko, Direktur Operasional (Dirops) PT PCM, Senin, (04/11/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BUMD Pemkot Cilegon itu menggunakan kapal Gunung Batur dan kapal Gunung Cipala selama mengawal Kapal Dali. Keduanya berkomunikasi dengan menara VTS di Pelabuhan Merak serta KSOP Banten, agar lancar melewati Selat Sunda.
Kapal berukuran 289 meter itu menabrak tiang jembatan Francis Scott Key di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat, pada Selasa, 26 Maret 2024, menyebabkan sebagian besar badan jembatan hancur dan runtuh ke Sungai Patapsco.
Penyebab kapal menabrak jembatan lantaran Dali mengalami meninggal listrik, sehingga awak kapal tidak bisa melakukan banyak untuk mengubah arah alias menghentikan laju kapal kargo tersebut.
Salah melewati perairan Selat Sunda, Kapal Dali tidak mempunyai jangkar untuk menghentikan laju mereka.
Selain mencegah bersenggolan dengan kapal lain, awak kapalnya juga belum pernah melewati Selat Sunda, sehingga memerlukan pedoman dan pengawalan.
"Mereka jangkarnya di depannya itu enggak ada, mungkin accident kemarin itu. Kapal tunda kita itu ada di depan, clear area di depan," terangnya.
Media lokal sempat memberitakan, enam pekerja jembatan nan merupakan penduduk negara Meksiko, Guatemala, Honduras, dan El Salvador menjadi korban. Seluruh awak kapal nan berjumlah 22 orang dilaporkan tidak ada nan menderita luka parah.
Kehancuran jembatan nan dramatis, sejak dibuka 47 tahun silam, membikin banyak orang di kota itu, termasuk Gubernur Moore, terguncang. Karena ada sekitar 30 ribu penduduk Maryland setiap harinya melintasi jembatan tersebut.
Perusahaan kapal kemudian di denda sekitar Rp 1,5 triliun oleh pengadilan di Amerika Serikat.
"Mungkin dari Baltimore, mau kemananya mungkin bisa ke China alias ke Korea ke galangan kapal (untuk perbaikan)," jelasnya.
(ynd/dna)