Kawasan Industri Batang Diharapkan Meningkatkan Penggunaan Jaringan Gas Cisem I

Sedang Trending 5 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Bandung - Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Laode Sulaeman mengatakan realisasi pasokan gas jaringan pipa gas Cirebon-Semarang tahap I alias Cisem 1 belum maksimal. Menurut Laode, kapabilitas jaringan pipa gas nan menghubungkan Semarang Batang sepanjang 60 kilometer itu belum mencapai 2 MMCFD. “Karena baru jalan, dan industri di Batang belum selesai dan belum mencapai 2 MMCFD,” kata dia di Bandung, Rabu, 19 Juni 2024.

Jaringan pipa Cisem 1 dibangun pemerintah dengan biaya APBN 2022/2023 dengan biaya Rp 1,01 triliun. Laode mengatakan, pasokan gas nan dialirkan lewat jaringan pipa Cisem I bakal bertambah besar sejalan dengan beroperasinya sejumlah pabrik baru di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB). “(Realisasinya) bisa sampai 20 MMCFD,” kata dia.

Laode mengatakan, operator jaringan pipa gas Cisem I saat ini adalah kerja sama antara Pertagas dan Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Lemigas untuk menekan toll fee penggunaan jaringan pipa tersebut. “Kalau asetnya langsung diserahkan ke badan upaya kelak toll fee langsung naik, ini nan kita jaga,” kata dia.

Laode mengatakan, nilai konsumen jaringan gas Cisem I saat ini di bawah 6 Dolar AS. “Industri di Batang mereka minta nilai di industri sekitar 6 Dolar,” kata dia.

Ia mengaku pola serupa bakal digunakan untuk pengoperasian jaringan pipa Cisem II nan rencananya bakal dibangun tahun ini.

“Saya tidak bisa bilang sama, tapi mirip. Harus ada BLU. Sampai Dusem (Dumai-Sei Mangke) begitu juga. Karena ini memang aset pemerintah, selama tetap dipegang pemerintah maka nilai komersialnya, keterlibatan kalkulasi capex tetap bisa dieliminasi. Kalau sudah diserahkan ke badan upaya bakal langsung naikin toll fee,” kata Laode.

Di kesempatan nan sama Laode mengatakan pemerintah menargetkan pengumuman pemenang lelang jaringan pipa gas Cisem II pada akhir Juli 2024. “Diumumkan tunggu saja di minggu ke-2 Juli ini,” kata dia di Bandung, Rabu, 19 Juni 2024.

Laode mengatakan, pengerjaan jaringan pipa Cisem II merupakan kelanjutan dari jaringan pipa Cisem I nan sudah rampung. Jaringan pipa Cisem I dibangun dengan biaya APBN tahun 2022/2023 dengan biaya Rp 1,01 triliun dengan panjang pipa 60 kilometer. Sementara jaringan pipa Cisem II nan bakal dibangun kelak sepanjang 245 kilometer.

“Mulai konstruksinya Juli 2024 dan kudu bisa diselesaikan Desember 2025,” kata dia.

Iklan

Pada pembangunan jaringan pipa gas Cisem I sepanjang 60 kilometer menghabiskan waktu 15 bulan. Pekerjaan tersebut dikerjakan oleh kerja sama operasi PP dan Elnusa.

Laode membandingkan pembangunan jaringan pipa Cisem I dan II. “Kalau di Cisem I itu panjangnya 60 kilometer dan bisa kita selesaikan dalam waktu 15 bulan, jika di Cisem II panjangnya 245 kilometer tapi tetap minta diselesaikan dalam 17 bulan,” kata Laode.

Laode mengatakan, pemerintah sudah menyiapkan strategi untuk mengebut pembangunan Cisem II dalam 17 bulan. Salah satunya dengan membangun jaringan pipa sepanjang 245 kilometer tersebut alam tiga segmen secara paralel. “Kontraktor terpilih kelak bisa membagi 3 segmen alias beberapa segmen secara paralel tapi tidak dibangun serial,” kata dia.

Pemenang lelang diperkirakan bakal mulai bekerja di bulan Agustus 2024. Pengerjaan proyek pipa gas bakal melewati jalan tol. “Kalau sudah tandatangan kita menyelesaikan perizinan semuanya, dan proses manufacturing pipa dan lain-lain mungkin Agustus,” kata Laode.

Pemerintah sudah menetapkan PT Amythas sebagai pemenang lelang perjanjian manajemen bangunan pembangunan jaringan pipa gas Cisem II. Mekanisme pembangunan jaringan pipa ini berbeda dengan proyek ABPN umumnya. “Mekanismenya design dan build,” kata dia.

Dalam sistem tersebut pemenang perjanjian mengerjakan sekaligus perincian engineering hingga eksekusi pengerjaan proyeknya. “Oleh lantaran itu kita memerlukan Manajemen Konstruksi, pihak nan membantu kami pemerintah untuk memandang ini kreasi nan dibangun jangan sampai tidak ter-deliver secara baik dan sesuai norma keteknikan nan baik maka perlu Manajemen Konstruksi, itulah Amythas,” kata dia.

Pilihan Editor: FNKSDA Minta Nahdliyin Tidak Ikut PBNU Terima Izin Tambang

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis