Kenapa Banyak Parpol Dukung Bobby Nasution Ketimbang Edy Rahmayadi?

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Jalan Wali Kota Medan Bobby Nasution untuk maju dalam kontestasi Pilgub Sumatera Utara (Sumut) kian mulus usai mengantongi support dari tujuh partai politik, berbeda dengan pesaingnya, Edy Rahmayadi, nan tetap nihil support meski berstatus sebagai petahana.

Bobby sampai saat ini tercatat telah mengantongi surat rekomendasi untuk maju di Pilgub Sumut dari Gerindra, PAN, Golkar, NasDem, PKB, PPP, dan Demokrat. Gabungan ketujuh partai itu diketahui mempunyai total 63 bangku dari 100 bangku DPRD Sumut.

Hal itu berbanding jauh dengan Edy nan tetap belum mendapatkan satupun surat rekomendasi dari partai politik. Kans Edy untuk kembali bisa berkompetisi di Pilgub hanya tersisa pada PDI Perjuangan (PDIP) nan bisa mengusung paslon tanpa kudu berkoalisi dengan partai manapun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain PDIP, terdapat tiga partai politik lainnya nan juga tetap belum menentukan sosok nan bakal diusung dalam Pilgub Sumut 2024. Ketiga partai itu ialah PKS, Perindo, dan Hanura.

Sebelumnya Presiden PKS Ahmad Syaikhu sempat menyebut pihaknya bakal mengusung Bobby pada Pilgub Sumut 2024. Ia mengatakan mesin partai serta seluruh jejeran PKS siap untuk memenangkan Bobby di kontestasi tersebut.

Namun pernyataan itu kembali diralat pada hari nan sama. Ia menegaskan PKS belum menentukan sosok nan bakal diusung di Pilgub Sumatra Utara 2024 dan tetap dalam proses pembahasan internal.

Presiden Joko Widodo (kiri) menggandeng cucu Jan Ethes (kedu kiri) berbareng Ibu Negara Iriana Joko Widodo (ketiga kanan), putra Gibran Rakabuming Raka (kanan) dan istri Selvi Ananda (kedua kanan), putri Kahiyang Ayu (tengah) berbareng suami Bobby Nasution serta cucu Sedah Mirah melangkah di area Istana Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/12). Dalam aktivitas tersebut, presiden berbareng family menyusuri area Istana Bogor, Kebun Raya Bogor serta melakukan bincang media berbareng wartawan kepresidenan. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/hp.Status Bobby Nasution sebagai kader Gerindra sekaligus menantu Presiden Jokowi diyakini jadi aspek krusial dirinya mendulang banyak support di Pilgub Sumut. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/hp.

Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago menilai setidaknya terdapat dua aspek nan menyebabkan ketimpangan support partai politik kepada Bobby dan Edy.

Pertama, kata dia, partai politik tetap mempertimbangkan pengaruh endorse nan diprediksi bakal diterima Bobby selaku menantu dari Presiden Jokowi. Meskipun menurut Arifki, akibat endorse dari Jokowi tersebut diperkirakan tidak bakal sampai sebesar di Pilpres kemarin.

"Ada ketimpangan support ini menandakan bahwa ada perbedaan agenda nan cukup menarik. Karena partai politik besar nan mendukung Bobby pertama bakal memandang dari sisi Presiden Jokowi," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (9/7).

Faktor kedua nan menurut Arifki juga sangat berpengaruh adalah status Bobby nan saat ini sudah resmi menjadi kader Partai Gerindra. Ia menilai kondisi berbeda bisa jadi dialami oleh Bobby andaikan saat ini tetap memperkuat sebagai personil PDIP.

Sebagai pemenang Pilpres 2024, Arifki mengatakan, tidak dapat dipungkiri poros koalisi pemerintahan bakal berpusat pada Gerindra. Karenanya dia menilai perihal nan wajar andaikan calon nan mendapatkan tiket dari Gerindra bakal mudah diusung oleh partai lain khususnya nan tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM).

"Kebanyakan support partai kepada Bobby lantaran mereka memang diuntungkan. Bukan hanya soal Jokowi, tapi lantaran aspek Presiden terpilih Prabowo dan Gerindra," jelasnya.

"Keuntungan partai politik untuk mendukung bobby tentu dikarenakan pilihan nan diambil apakah lantaran peta koalisi ke depan alias dinamika di Sumut itu sendiri," imbuhnya.

Pendapat senada juga diamini oleh Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro. Ia menilai keberadaan sosok Jokowi dan Prabowo di kembali Bobby menjadi agunan tersendiri bagi partai-partai untuk ikut memberikan surat rekomendasi maju di Pilgub Sumut.

"Karena Jokowi tetap menjabat hingga 20 Oktober dan berikutnya giliran Prabowo, di mana Bobby sendiri saat ini adalah kader Gerindra. Sehingga Bobby didukung oleh dua Istana, Istana Merdeka plus Istana Hambalang," tuturnya.

Ia memandang kondisi itulah nan kemudian menjadi nilai lebih bagi Bobby bagi partai-partai politik. Selain itu, Agung mengatakan Bobby sedari awal juga telah menarik minat partai lain lantaran mempunyai tren positif dari segi elektoral.

"Secara elektoral, Bobby juga lebih menjanjikan lantaran mengalami tren kenaikan. Sehingga mendorong partai-partai mendekat, di luar dari political privilege family Solo," jelasnya.

Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menegur Wali Kota Medan Bobby Afif Nasution lantaran aktivitas di Kesawan City Walk telah melanggar patokan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro.Kandidat petahana Pilgub Sumut Edy Rahmayadi sampai saat ini belum mendapat support dari parpol. CNN Indonesia/Farida

Berharap pada PDIP

Di sisi lain, Agung memandang minimnya support kepada Edy untuk maju di Pilgub Sumut juga disebabkan oleh style komunikasi politiknya nan condong mengundang pro-kontra serta kontroversi di publik.

Oleh karena itu, dia menyebut dari segi penerimaan politik di masyarakat Bobby jauh mempunyai nilai tambah tersendiri daripada Edy Rahmayadi meskipun berstatus sebagai petahana.

"Secara personal, akseptabilitas politik Bobby juga lebih baik dari Edy lantaran minim bentrok dikarenakan dalam beberapa kesempatan, Edy berkonflik dengan Gerindra dan Golkar," jelasnya.

Lebih lanjut, keduanya menilai saat ini kesempatan bagi Edy untuk bisa memastikan diri maju di Pilgub hanya tersisa pada lima partai politik nan belum menyatakan dukungan.

Khususnya kepada PDIP nan telah memenuhi syarat minimal untuk mengusung paslon di Pilgub Sumut sesuai Pasal 40 Ayat (1) UU Pilkada lantaran mempunyai 21 bangku di DPRD.

Agung menilai kesempatan Edy untuk maju juga tetap terbuka usai PKS meralat pernyataannya nan telah mendukung Bobby di Pilgub Sumut.

Pasalnya dia menduga penjelasan itu dilakukan dikarenakan muncul sikap resisten dari internal PKS dan simpatisannya terhadap Bobby nan notabenenya merupakan lingkaran Keluarga Solo Jokowi.

"Sebagai akibat residu Pilpres nan belum tuntas. Sehingga perihal ini membikin PKS bakal lebih hati-hati memutuskan/memberikan rekomendasinya untuk Pilgub Sumut," jelasnya.

Oleh karena itu, Agung memandang kans Edy untuk tetap mempertahankan status petahananya sebagai Gubernur Sumut murni berjuntai pada kemampuannya sendir untuk mengamankan rekomendasi dari PDIP dan PKS.

"Kalau Pak Edy enggak gesit mengamankan rekomendasi lantaran lengah alias terlena dengan status petahana, bisa-bisa malah kandas maju di Pilkada 2024," pungkasnya.

(tfq/gil)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional